PENULIS BUKU: SAYYID
SABIQ (GURU BESAR UNIVERSITAS AL_AZHAR)
BAB
I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
Shallallahu’alaihi wa sallam, dan intinya adalah iman dan amal.Iman dan amal,
atau aqidah dan syari’ah kedua-duanya berkaitan satu sama lainnya seperti
keterkaitan antara buah dan pohonnya.Iman mencerminkan aqidah dan pokok-pokok
yang menjadi landasan syari’at Islam. Dan dari dasar-dasar ini keluarlah
cabang-cabangnya. Amal mencerminkan syari’ah dancabang-cabang yang dianggap
sebagai tindak lanjut dari iman dan aqidah.
Pengertian Keimanan Atau Aqidah itu tersusun atas 6 perkara
yaitu
1. Ma’rifat
kepada Alloh
2. Ma’rifat
kepada alam yang ada dibalik alam semesta ini atau alam yang tidak dapat
dilihat.
3. Ma’rifat
kepada Kitab-kitab Allah yang diturunkan untuk menentukan rambu-rambu kebenaran
dan kebathilan.
4. Mar’rifat
kepada para nabi dan rasul Allah yang telah dipilih untuk menjadi
pembimbing dan pemimpin makhluk menuju
kepada yang hak.
5. Ma’rifat kepada hari akhir dan hal-hal yang ada
didalamnya.
6. Ma’rifat terhadap qadar (takdir).
Kesatuan Aqidah : Aqidah merupakan kesatuan yang tidak akan berubah-ubah karena pergantian
zaman atau tempat, tidak pula berganti-ganti karena perbedaan golongan atau
masyarakat. Alloh berfirman dalam
syuarat As Syura ayat 13.
Aqidah merupak ruh bagi setiap orang, dengan berpegang teguh padanya itu ia akan
hidup dalam keadaan yang baik dan menggembirakan, tetapi dengan meninggalkannya
akan matilah semangat kerohanian manusia. Aqidah bagaikan cahaya yang apabila
seseorang buta dari padanya maka pasti orang tersebut akan tersesat dalam liku-liku kehidupan, bahka
tidak musthil orang tsb akan terjerumus dalam lembah kesesatan yang amat dalam.
Alloh berfirman dalam syurat As al-An’am ayat 122.
BAB 2
MA’RIFAT
KEPADA ALLOH
Ma’rifat Kepada
Alloh adalah seluhur-luhur dan semulia ma’rifat, sebab Ma’rifat Kepada Alloh
itulah yang merupakan asas atau
fundamental yang diatasnya didirikanlah segala kehidupan kerohanian.
Ada dua cara atau sarana untuk melakukan ma’rifatullah yaitu :
1. Menggunakan akal pikiran untuk memikirkan dan
memperhatikan segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah. Ma’rifatullah dapat
dilakukan dengan bertafakur. Sesungguhnya tiap organ tubuh mempunyai tugas,
sedangkan tugas akal adalah merenungkan, memperhatikan dan memikirkan. Jika
potensi ini tidak difungsikan maka hilanglah kerja akal dan tidak berfungsi
pula tugasnya. Islam menghendaki agar akal bangkit melepaskan diri dari
belenggunya dan bangun dari tidurnya.
“Katakanlah: Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.” (Yunus :
101)
Tidak memfungsikan akal
dapat menurunkan derajat manusia ke tingkatan yang lebih rendah dari derajat
binatang. Taqlid (mengikuti orang lain tanpa mengetahui alasan dan tujuannya) menjadi
penghalang bagi kemerdekaan akal dan pengekang akal untuk berpikir. Oleh karena
itu Allah memuji orang-orang yang bersikap objektif terhadap berbagai fakta dan
dapat membedakan antara yang satu dengan yang lain, sesudah diteliti,
diperiksa, dan dicermati lalu mereka mengambil yang terbaik dan meninggalkan
yang lain. Allah mencela orang-orang yang bertaqlid yang tidak mau berpikir
kecuali mengikuti pikiran orang lain. Ketika Islam mengajak manusia untuk
berpikir, sesungguhnya apa yang dikehendakinya adalah berpikir dalam batas
kemampuandan jangkauan akal.
“Berpikirlah kamu tentang
ciptaan Allah dan jangalah kamu memikirkan tentang dzat Allah, sebab kamu tidak
akan dapat memikirkan kadar kedudukan-Nya(sebagai mana mestinya).” (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam alHilyh secara
marfu’ kepada Nabi dengansanad yang lemahtetapi maknanya shahih).
2. Dengan Mengenal nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya.
Sarana lain yang
dipergunakan Islam untuk mengenalkan manusia kepada Allah dengan menjelaskan
nama-nama Allah yang baik (al-Asma’ al-Husna) dan sifat-sifat-Nya yang luhur. “Katakanlah:
serulah Allah dan serulah Ar-Rahmaan. Dengan nama yang mana saja yang kamu
seru, Dia mempunyai Al-Asmaul-Husna (nama-nama yang terbaik)” (Al-Israa’ :
110)
“Dan bagi Allah-lah nama-nama yang terbaik, maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul-Husna itu.” (Al-A’raaf : 180)
BAB 3
DZAT KETUHANAN
Kemustahilan untuk Menemukan Dzat Ketuhanan
Sesungguhnya hakikat Dzat Tuhan tidak dapat diketahui oleh akal manusia.
Sebab Dzat tuhan memang tidak dapat dijangkau oleh akal, dan sesungguhnya
meskipun akal manusia itu cerdas dan kemampuan untuk mengetahui sesuatu telah
mencapai puncaknya namun ia sangat terbatas dalam suatu batas tertentu dan
sangat lemah untuk mengetahui hakikat berbagai hal atau benda yang bahkan dapat
dilihatnya dalam sehari-hari. Sebagai contoh bahwa manusia sampai saat inipun
belum dapat mengetahui secara benar tentang hakikat jiwa itu sendiri padahal
jiwa itu melekat pada diri manusia itu sendiri. Manusiapun tidak dapat
mengiraikan hakikat cahaya atau sinar
padahal, padahal cahaya atau sinar itu adalah benda yang amat jelsa dan terang
sekali. Dan masih banyak contoh lainnya.
Sesungguhnya Dzat Alloh masih jauh lebih besar dari apa yang dapat dicapai
oleh akal ataupun yang dapat diliputi oleh pemikiran-pemikiran. Firman Alloh
SWT dalm quran surat Al_An’am ayat 103 “ Alloh tidak akan dapat dicapai oleh
penglihatan-penglihatan dan Dia dapat mencapai penglihatan-penglihatan itu dan
Dia adalah Maha Halus dan Waspada.”
Kelemahan Mema’rifati Hakikat Benda-Benda Tidaklah
Membuktikan Ketiadaan Benda-Benda itu
Tebatasnya akal pikiran dan kelemahannya atau tidak dapatnya mencapai
hakikat benda-benda itu tidak dapt digunakan bukti bahwa benda-benda itu tidak
ada. Jadi kalau akal pikiran tidak dapat dari pada jiwa, tidak berarti bahwa
jiea itu tidak ada. Begitu juga akal pikiran tidak dapat menjelaskan hakikat
cahaya, tidak berarti bahwa cahaya itu tidak ada, jelas sekali bahwa cahayaitu
ada dan merta keseluruh alam.
Demikian pula halnya dengan Dzat
ketuhanan (Illahiyah), jikaa manusia belum mencapai hakikaatnya, maka tidaklah
ini berarti bahwa Dzat ketuhanan (Illahiyah) itu tidak ada, tetapai Dzat
Ketuhanan (Illahiyah) itu ada dengan sekokoh-kokoh penetapan sebagai sesuatu
yang wajib ada.
Alam Semesta Adalah Bukti Adanya Sang Maha Pencipta
Semua yang ada di Lingkungan alam semsta ini dapat
digunakan sebagai bukti tentang wujudnya (adanya) Tuhan, bahkan benda-benda
yang terdapat disekitar alam semesta dan unsur-unsurnya dapat membuktikan bahwa
benda-benda itu pasti ada pencipta dan pengaturnya. Hal in dijelaskan dalam
Q.S AT_Thur ayat 35-36, Q.S
Al-Fushshilat ayat 37.
Fitrah Sebagai Bukti Adanya Alloh
Alam semesta serta segala sesuatu yang ada di dalamnya
yang tersusun rapi dan kokoh bukan hanya itu saja yang dapat dijadikan bukti
akan adanya Tuhan yang menciptakan Langit dan Bumi ini, tetapi masih ada saksi
lain lagi yang dapat digunakan untuk itu yaitu berupa perasaan-perasaan yang
tertanam dalam jiwa setiap insan yang merasakan akan adanya Alloh SWT. Perasaan
ini merpakan pembawaaan sejak manusia dilahirkan dan oleh sebab itu disebut
sebgai fitrah. Hal in dijelaskan dalam Q.S
Yunus ayat 12.
Perasaan
sejatinya tertanam di dalam jiwa setiap manusia. Dan di dalam perasaan itu pula
setiap manusia akan meyakini adanya Tuhan yang Maha Suci. Namun kadang-kadang
perasaan ini tertutup dan tenggelam oleh suatu hal dan tidak akan bangkit
kembari dari kelalaiannya kecuali jika ada pemicu yang menyadarkannya semisal
kecacatan, penyakit yang dideritanya, bahaya yang mengepung dirinya, ataupun
ketika ada ancaman-ancama suatu hal.
Pengokohan Ketuhanan
Pengalaman spiritual juga menjadi bukti akan eksistensi sang Pencipta yang
Maha Kuasa. Diantara bukti-bukti adanya Tuhan adalah bahwa orang-orang yang
benar-benar beriman kepada Allah lebih tinggi ilmunya, lebih banyak adabnya,
lebih suci jiwanya, lebih bersih hatinya, lebih banyak pengorbanannya, lebih
besar kepeduliannya terhadap kepentingan orang lain dan lebih banyak manfaatnya
untuk umat manusia. Hal apa yang menyebabkan kecenderungan tersebut. Perhatikan
dengan orang yang tidak beriman. Mereka sangat pekat kebodohannya, keras
wataknya, kotor jiwanya, gelap hatinya, rusak akhlaknya dan menjadi seperti
binatang dalam berbagai tuntutan maupun kebutuhan-kebutuhannya. Di balik itu
semua pasti terdapat suatu rahasia, dan perlu diyakini bahwa orang yang beriman
selalu mendapat dukungan dari Allah.
Tidak ada satu buktipun yang mengingkari tentang adanya eksistensi Allah.
Karena memang sebenarnya akal yang mau berfikir keras tidak akan menerima
ketiadaan dari Allah. Meskipun ilmu pengetahuan sudah mencapai puncaknya, namun
hal tersebut tidaklah dapat dijadikan dasar untuk mengingkari Allah. Bahkan
seorang ilmuwan yang sejati akan menjadi seorang yang paling kuat imannya
kepada Allah.
BAB VI
SIFAT-SIFAT
ALLOH TA’ALA
Allah SWT yang menciptakan alam semesta ini selain memiliki asma’ul husna
(nama-nam yang baik) juga memiliki sifat-sifat yang luhur yang merupakan
penetapan dari kesempurnaan KetuhananNya serta keagungan IllahiyahNya.
Sifat-sifat yang menjadi milik Alloh SWT. Itu diantaranya ada yang disebut
dengan sifat Salbiah dan diantaranya lagi disebut dengan sifat tsubutiah.
Sifat-sifat Salbiah
Yang termasuk golongan sifat Salbiah yaitu :
-
Alloh SWT bersifat Awwal dan Akhir
Allah adalah dzat yang maha
dahulu, artinya bahwa tiada permulaan bagi wujud-Nya dab bahwa wujud Allah
tanpa didahului dengan tahap tiada. Allah adalah dzat yang Maha
Akhir. Artinya bahwa Allah itu dzatnya tiada akhir, kekal tanpa batas, dan
tanpa berkesudahan. Dia itu Azali (Maha dahulu) dan abadi, tidak didahului oleh
siapapun.
“Dialah yang Awwal dan yang Akhir, yang Dhahir dan
yang Bathin dan Dia mengetahui segala sesuatu.”(Al-Hadiid : 3)
“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah”(Al-Qashash :88).
-
Alloh SWT tidak Serupa
dengan Sesuatu
Allah yang Maha Suci tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia dan Dia tidak
sama dengan apapun. Segala sesuatu yang terlintas dibenak anda maka Dia
tidaklah seperti itu.
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan
Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syuura : 11)
Manusia diciptakan oleh
Allah dalam keadaan lemah, sedangkan Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa. Manusia
diciptakan dalam keadaan memerlukan pertolongan orang lain, sedangkan Allah
Maha Kaya dan Maha Terpuji. Manusia beranak dan diperanakkan, sedangkan Allah
tidak beranak dan tidak diperanakkan. Manusia pelupa, sedangkan Allah tidak
pernah keliru dan tidak pula lupa. Manusia serba berkekurangan sedangkan Allah
Maha Sempurna secara mutlak.
-
Alloh SWT adalah Maha Esa
Allah SWT Maha Esa baik
dalam Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya. Esa dalam Dzat, maksudnya adalah bahwa
Allah SWT tidak tersusun dari beberapa bagian yang terpotong-potong dan bahwa
Alloh SWT tidak ada sekutu bagiNya dalam memerintah dan menguasai kerajaanNya. “Maha
Suci Allah, Dialah yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan” (Az-Zumar : 4). Esa
dama sifat-sifat, maksudnya tidak ada sesuatu atau seorangpun yang sifatnya
menyerupai sifat Alloh Ta’ala. Esa Af’alNya maksudNya bahwa tidak seorangpun
yang selain Alloh Ta’ala itu yang mempunyai perbuatan sebagaimana yang
dilakukan oleh Alloh. Terkait hal ini dijelaskan dalam Quran Surat al-Ikhlas
ayat 1-4, Al Anbiya ayat 22, al-Mu’min ayat 91, all_isra 42-43.
Adapun yang
termasuk sifat-sifat Subutiah anatar laian :
-
Quasa (qudrah), maksudnya Alloh SWT tidak lemah sedikitpun untuk mengerjakan sesuatu.
-
Berkehendak (iradah) yakni Allah menentukan sesuatu yang mungkin ada dengan
sebagian apa yang pantas berlaku untuknya. Allah bebas berkehendak
menjadikannya tinggi atau pendek, baik atau buruk, berilmu atau bodoh, dll.
-
Mengetahui (ilmu), yakni mengetahui segala sesuatu, dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu yang
ada, baik yang terjadi di masa lampau atau yang sedang terjadi atau yang akan
terjadi.
-
Hidup (hayat), yakni sifat hidup inilah yang membuat pihak yang disifatinya menjadi layak
menerima sifat qudrah, iradah, ilmu, sama’, dan bashar. Andaikata Dia tidak
hidup maka sifat-sifat tersebut tidak aka nada pada-Nya.
-
Berfirman (kalam), yakni tidak dengan huruf dan tidak pula dengan suara. Allah telah
menetapkan sifat ini kepada diri-Nya sendiri.
-
Sama’ (
mendengar ) dan Bashar ( Melihat)
Allah itu Maha
Mendengar, yakni dapat mendengar segala sesuatu sehingga Dia benar-benar,
dapat mendengar langkah-langkah semut hitam yang berjalan di atas batu licin
diwaktu malam yang gelap gulita. Sebagaimana Dia mampu mendegar segala sesuatu,
Dia-pun Maha Melihat, yakni melihat segala sesuatu dengan penglihatan
menyeluruh mencakup segala yang ada. Penglihatan Allah tidaklah menggunakan mata
seperti cara melihat makhluknya.
Sifat Dzat dan sifat Af’al
Sifat-sifat Allah diantaranya ada yang disebut sifat
Dzat, dan ada juga yang disebut sifat-sifat af’al (perbuatan). Sifat Dzat
adalah sifat tsubutiyah atau sifat-sifat ma’ani sebagaimana yang diuraikan
sebelumnya. Adapun sifat-sifat af’al (perbuatan) adalah seperti mencipta dan
memberi rezeki. Alloh yang membentuk makhluk ini dan juga mengaruniakan rizki
pada mereka.
Sifat-sifat Alloh Sebagai Tiang Petunjuk Jalan
Sesungguhnya kita wajib berjalan mengikuti petunuk
sifat-sifat Allah itu, menggunakannya sebagai cahaya penerang jalan, menjadikan
sebagai contoh tauladan teritinggi, dan mencapai puncak ketinggian jiwa dan
peningkatan ruhani yang sempurna. Allah “Rabbul-‘Alamin” merupakan
teladan tertinggi yang wajib diteladani oleh orang beriman, Allah “Maha
Pemurah” mengaruniakan nikmat pada makhluk-makhluk-Nya, dan menampakkan
cinta-Nya kepada mereka, sekalipun mereka tidak mengerjakan suatu amal yang
menyebabkan mereka berhak menerima hal itu. Allah “Maha Pengasih”
memberikan balasankepada manusia atas amal perbuatanya. Ini juga merupakan
contoh yang sangat tinggi, yang mengharuskan umat manusia membalas kebaikan
orang lain dengan kebaikan pula. Allah “Yang menguasai hari pembalasan”
menghitung amal perbuatan manusia, lalu memberikan balasan kepada orang yang
berbuat buruk dengan balasan setimpal, bukan karena senang menyiksa, melainkan
dengan semangat toleransi (bersediamemberi maaf). Sebagaimana seorang pemimpin
yang penyayang wajib bersikap seperti itu terhadap yang dipimpinnya. Keempat
sifat-sifat Allah tertinggi yang palinng utama, serta keteladanan-Nya yng
sangat tinggi. Apa saja pelajaran yang dapat diambil dari sifat-sifat ini juga
berlaku untuk sifat-sifat yang lain. Dari keempat sifat Allah ini dapat diambil
pelajaran untuk dijadikan tauladan. Demikian pula halnya dari sifat yang lain.
Misalnya sifat cinta dan sayang merupakan cerminan dari sifat-sifat Allah
berikut : 1) Ar-Rauf (Maha Belas Kasihan), 2) Al-Wadud (Maha Mencintai), 3)
At-Tawwab (Maha Menerima Taubat), 4) Al-‘Afuw (Maha Memaafkan), 5)Asy-Syakur
(Maha Pemberi Balasan), 6) As-Salaam (Maha Damai), 7)Al-Mu’min (Maha Pemberi
Rasa Damai), 8)Al-Baar (Maha Baik Dalam Tindakan Dan Pemberian), 9)Rafi’ud Darajaat
(Maha Meninggikan Derajat), 10)Ar-Razaq (Maha Pemberi Rezeki), 10) Al-Wahhab
(Maha Pemberi Karunia), 11) Al-Wasi’ (Maha Luas Anugrah-Nya). Demikian pula
halnya dengan sifat-sifat yang mempunyai makna ‘mengetahui’ yang tercermin
dalam sifat-sifat-Nya sebagai berikut: 1) Al-‘Alim (Maha Mengetahui), 2)
Al-Hakim (Maha Bijaksana), 3)As-Sami’ (Maha Mendengar), 4) Al-Bashir (Maha
Melihat), 5) Asy-Syahid (Maha Menyasikan), 6)Ar-Raqib (Maha Mengawasi), 7)
Al-Bathin (Maha Mengetahui Rahasia).
BAB 5
HAKIKAT KEIMANA
DAN BUAHNYA
Iman kepada Allah
mencermikan hubungan paling mulai antara manusia dengan Penciptanya. Hal ini
dikarenakan makhluk yang paling mulia di muka bumi adalah manusia, dan sesuatu
yang ada di dalam diri manusia yang paling mulia adalah hatinya, sedangkan
sesuatu yang ada di dalam hati yang paling mulia adalah keimanan. Diantara
manifestasi iman adalah ahwa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai oleh orang yang
beriman dari pada apapun juga, dan hal itu tampak dalam ucapan, perbuatan dan perilakunya.
Jika di sana masih ada sesuatu yang lebih dicintainya dari pada Allah dan
Rasul-Nya berarti imannanya tidak murni lagi, dan akidahnya tergoncang. Nabi
Muhammad bersabda :
“Ada tiga hal;
barangsiapa dalam dirinya terdapat tiga hal tersebut maka ia benar-benar telah
mendapatkan manisnya iman, yaitu: 1. Allah dan Rasul-Nyalebih dicintai dari ada
selain keduanya. 2. Ia mencintai seseorang semata-mata karena Allah. 3. Ia
benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci untuk dilempar ke dalam neraka.”
Nabi juga bersabda :
“Tidaklah
beriman salah seorang dari kamu sehingga aku lebih dicintai dari pada orang
tuanya, anaknya, dirinya sendiri, dan manusia seluruhnya” (HR. Bukhari).
Sebagaimana iman tercermin dalam bentuk cinta (kepada Allah dan Rasul-Nya),
maka keimanan juga tercermin di dalam jihad meninggikan kalimat Allah dan
berjuang meninggikan bendera kebenaran, menghentikan kezaliman dan
kerusakan di bumi. Pengaruh dan dampak iman akan tampak dengan jelas dalam rasa
takut kepada Allah.
“Sesungguhnya yang taku kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (Fathir :28)
Bila ma’rifat seseorang kepada Allah semakikn sempurna maka sempurna pula rasa
takutnya kepada Allah. Manifestasi keimanan yang paling besar adalah berpegang
teguh kepada wahyu Allah. Iman dapat menumbuhkan hubungan yang beraneka macam.
Ia dapat mengikat hubungan antara orang-orang beriman dn Allah, dengan ikatan
kasih saying dan cinta. Iman juga dapat mempererat hubungan antar sesame kaum mukminin
atas dasar kasih sayang. Apabila manusia telah mengenal Tuhannya melalui akal
dan hati maka ma’rifat ini akan menghasikan buah yang masak baginya dan
meninggalkan dampak yang bagus dalam dirinya. Ma’rifat ini juga akan
mengarahkan perilakunya menuju kebaikan dan kebeneran, keluhuran dan keindahan.
Buah keimanan dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Kemerdekaan jiwa dari kekuasaan orang lain.
- Iman dapat membangkitkan keberanian di dalam jiwa dan keinginan untuk terus maju, menganggap enteng kematiandan menggandrungi mati syahid demi membela kebenaran.
- Keimananmenetapkan keyakinan bahwa Allah-lah yang Maha Pemberi rezeki, dan bahwasanya rezeki tidak dapat dipercepat karena kerakusan orang yang rakus, dan tidak pula dapat ditolak oleh kebencian orang yang benci.
- Rasa tenang dan tentram.
- Keimanan dapat meningkatkan kekuatan maknawiyah manusia dan menghubungkan dirinya dengan contoh taulan tertinggi.
- Kehidupan yang baik.
BAB 6
KADAR (TAKDIR)
Alloh SWT adalah maha pencipta yang bebas. Dia mengatur
segala sesuatu dengan kebijaksanaan dan kehendakNya sendiri. Alloh berfirman “
segala sesuatu itu disis Alloh adalah dengan ketentuan Takdir ” (Q.surat Ar_Rad
ayat 8 ).
Makna
yang gamblang dari Takdir yaitu bahwa ALLOH Ta’ala membuat beberapa ketentuan,
peraturan dan undang-undang yang diterapkan, peraturan dan undang-undang yang
diterapkan untuk segala yang sesuatau yan ada, dan segala sesuatu yang ada itu
pasti akan berlaku, beredar dan berjalan tepat dan sesuai dengan apa-apa yang
telah dipastikan dalam ketentuan, aturan dan peraturan tsb. Alloh berfirman
dalam Q. Surat Yasiin ayat 37-40.
Kita wajib beriman kepada takdir. Iman kepada takdir
merupakan sebagian dari kepercayaan atau aqidah yang harus ditanamkan dengan
sebenar-benarnya didalam hati setiap muslim. Dalam hal takdir tidak ada
pengertian paksaan. Takdir itu sama sekali tidak boleh dianggap sebagai jalan
untuk bertawakkal yang tidak sewajarnya, tidak boleh pula dijadikan sebab untuk
melakukan kemaksiatan, bahkan tidak boleh diartikan sebagai suatu paksaan Tuhan
kepada seseorang hambaNya, tetapi sebaliknya yaitu bahwa takdir haruslah
dianggap sebagai jalan untuk mentahkikkan tujuan-tujuan atau cita-cita yang
besar dari sekian banyak amal perbuatan yang besar pula.
Adapun hikmah beriman kepada takdir yaitu memberikan
pelajaran kepada manusia bahwa segala sesuatu yang ada dalam alam semesta ini
hanya akan berjalan sesuai dengan kebijaksanaan yang telah digarisakan oleh
Dzat yang maha tinggi. Oleh sebab itu, jika ia tertimpa musibah ia tidak akan
menyesal, juga ketika tertimpa pertolongan dan keuntungan dia tidak bergembira
sehingga lupa daratan.
BAB 7
MALAIKAT
Malaikat adalah suatu golongan makhluk yang ghaib, yang
wujud jasmaniahnya tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan dirasakan.
Yang mengetahui perihal keadaan mereka dan hakikat yang sebenarnya hanyala
Alloh SWT. Malaikat itu disucikan dari kesyahwatan-kesyahwatan hayawaniah,
terhindar sama sekali dari keinginan hawa nafsu, terjauh dari perbuatan-perbuatan
dosa dan salah. Malaikat diciptakan dari cahaya.
Keutamaan Manusia Melebihi Malaikat.
Manusia dimuliakan oleh Alloh SWT dengan mengaruniakan
ilmu pengetahuan yang tidak diberikan kepada malaikat. Hal ini dijelaskan dalam
Q.surat Al-Baqarah ayat 31-34. Sedang keutaan yang dimiliki oleh Malaikat yaitu
dalam hal ketaatannya kepda Alloh juga
dalam hal meninggalkan maksiat.
Tabiat Malaikt adalah secara sempurna berbakti kepada
Alloh, tunduk dan patuh pada kekuasaan dan keagunganNya, melaksanakan seua
perintahnya dan mereka ikut mengatur hal-ihwal alam emsta ini, dengan mengikuti
kehendak dan iradah Alloh SWT.
Karya Malaikat dalam alam ruh yaitu :
1.
Bertasbih (
memahasucikan ) serta patuh dan tunduk sepenuhnya kepada Alloh Ta’ala,
sebagiaman firman Alloh dalam surat al-A’raf ayat 206 dan Az-Zumar ayat 75.
2.
Mamikul ‘Arasy, sebagiaman firman Alloh dalam surat al-Ghafir
ayat 7 dan Al-Haqqah ayat 17.
3.
Memberi salam kepada para ahli surga,
sebagiaman firman Alloh dalam surat aR-Rad ayat 23-24.
4.
Menyiksa para
ahli neraka, sebagiaman firman Alloh dalam surat at-Tahrim ayat 6 dan
al-Muddatsir ayat 27-31.
Karya Malaikat dalam alam Dunia dan yang berkaitan dengan
Manusia
1.
Menggitkan
kekuatan ruhani yang ada dalam diri manusia dengan mengilhamkan kebaikna dan
kebenaran.
2.
Malaikat berdo’a
kepada oarng-orang mukmin.
3.
Malaikat ikut
membaca Ta’min bersama orang-orang yang
sholat.
4.
Malaikat hadir
dalam sholat-sholat terutama sholat subuh dan asar.
5.
Malaikat turun
diwaktu ada bacaan Al-Quran.
6.
Malaikat hadir
dalam Majlis-majlis dzikr.
7.
Malaikat memohon
kerahmatan bagi kaum mikminin terutama para ahli ilmu.
8.
Malaikat membawa
kabar gembira.
9.
Malaikat mencata
segala amal perbuatan.
10.
Malaikat
memberikan pengokohan kepada kaum mukminin.
11.
Malaikat
bertugas mencabut nyawa.
BAB 8
JIN
Jin adalah suatu macam makhluk yang termasuk
golongan ruh yang berakal yang juga
diberi perintah taklif ( menjalankan syari’at agama), sebagaimana halnya bangsa
manusia, hanya saja mereka itu tidak mempunyai bahan-bahan kebendaan
sebagaimana yang dipunyai manusia sehingga ia tertutup oleh panca indra.
Jalan bagi kita untuk mengethui jin itu adalah melalui wahyu. Jin
diciptakan oleh Alloh SWT dari api. Sebagaiman firmanNya dalam surat Al-Hijr
ayat 26-27.
Jin digolongkan dalam
beberapa golongan berdasarkan tingkat ketaatnya kepada Alloh yaitu ada jin
muslim, kafir dan iblis. Jin merupakan makhluk ghaib tetapi jin tidak dapat mengetahui
hal-hal yang ghaib. Jin kafir dan iblis tersebut masuk dalam golongan syaithan
( Hizbus Syaithan). Diman pemimpin atau nenek moyang golongan syaithan ( Hizbus
Syaithan) itu adalah Iblis. Iblis dan syaithan yang menyertainya itu semua amal
perbuatannya mencerminkan kejahatan, kerusakan serta kebinasaan. Syaithan
mengajak manusia untuk melanggar apa yang sudah digariskan oleh Alloh SWT.
Setiap manusia disertai oleh syaithan yang akan menggaggu dan
menggodanya untuk melakukan kemaksiatan. Semakin sering manusia tersebut
melakukan kemaksiatan maka posisi dan kedudukan syaithan dalam diri orang
tersebut semakin kuat, dan begitu sebaliknya.
Oleh sebab itu manusia harhus tetap siap siaga untuk melawan semua
bujukan dan rayuan syaithan dengan cara terus menerus melakukan amal kebaikan.
BAB 9
KITAB-KITAB
DARI LANGIT
Alloh SWT menurunkan wahyu kepada
para nabi dan Rasulnya dan untuk disampaikan kepada ummat-ummatnya yang berupa
kitab. Adapun kitab-kitab yang tercatat dan dapat kita ketahui yaitu ada 4
kitab diantaranya kitab Taurat diturunkan untuk nabi Musa a.s.,kitab Injil
kepada Nabi Isa a.s., kita zabur kepada nabi Daud a.s. dan Al-Qur’an kepada
Nabi Muhammad SAW. Kitab-kitab tersebut berisi petunjuk dan cahaya penerang
bagi manusia.
Kitab Al-Quran diturunkan kepada
nabi terahir yaitu nabi muhammad SAW yang memiliki beberapa keistimewaan dari
kitab-kitab yang lain yaitu Al-Qura’an kitab terahir yang menyempurnakan
kitab-kitab sebelumnya dan ajaranya akan tetap berlaku sepanjang masa dan
tetapt terjaga keasliannya oleh Alloh SWT.
BAB 10
RASUL-RASUL
Alloh SWT mewajibkan atas setiap oarng-orang beriman untuk percaya
kepada rasul-rasukNya tanpa membedakan
antara yang satu dengan yanglainnya. Apabila seseorang sudah beriman kepada
sebagian rasul dan mengkari sebagian yang lain, maka ia jelas menjadi orang
kafir.
Setiap ummat mempunyai rasul, tidak ada satu umat pun dalam suatu masa
kecuali semuanya dikirimkan rasul oleh Alloh SWT, yang bertugas mengajak mereka
untuk berbakti kepada Alloh SWT menuju jalan yang benar sekaligus
menjadipemimpin mereka.
Rasul adalah seorang manusia laki-laki dari ummat itu sendiri yang dipilih
oleh Alloh untuk menerima wahyu dan untuk disampaiakan kepada ummatnya. Tugas
utam rasul adalah untuk mengajak ummatnya untuk beribadah kepada alloh SWT dan
menegakkan agamaNya.
Ada beberapa rasul yang termasuk dalam golongan rasul ulul azmi yaitu
Muhammad SAW, Nuh As, Ibrahim AS, Musa As, dan Isa AS. Ulul azmi maksudnya
teguh sekali hatinya dan segala cita-citanya dikejar dengan segenap tenaga yang
dimilikinya sehingga akhirnya tercapai.
Setiap rasul diberikan mu’jizat oleh Alloh SWT sebagai salah satu bukti
dari kerasulannya. Mu’jizat adalah suatu luar biasa yang menyalahi
kebiasaan-kebiasaan umat manusia yang diberikan oleh Alloh kepada para
rasulNya. Janis mu’jizat yang diberikan oleh Alloh SWt kapada tiap rasulNya itu
berbeda-beda sesuai dengan keadaan kaumnya masing-masing.
BAB 11
MANUSIA
TERSUSUN DARI TUBUH DAN ROH
Manusia itu tersusun dari dua macam
unsur yaitu tubuh kasar dan ruh halus. Dengan tubuh kasarnya manusia dapat
bergerak dan merasakan segala sesuatu, sedang dengan ruhnya manusia itu dapat
menemukan, mengingat, berfikir, mengetahui,berkehendak, memilih, mencintai,
membenci dansebagainya.
Tubuh kasar manusia itu berasal dari
tanah,yang merupakan suatu kepastian yang haruskita akui, karena telah banyak
bukti yang menunjukkan hal tersebut sedangkan terkait roh, roh merupakan urusan dan perkara Alloh SWT sendiri yang
selainNya tidak ada yang dapat mengetahui hakikat dari roh itu sendiri. Yang
dapat diketahi oleh manusia adalah bahwa roh itu berdiam di dalam tubuh manusia
dan dengan adanya roh tersebut tampaklah gerak kehidupan dari tubuh tersebut
dan dapat diketahui pula apa akibat dari adanya kehidupan tsb. Ada alim ulama
islam yang mendefinisikan roh yaitu suatu zat yang memiliki sifat tesendiri dan
berbeda dengan benda-benda lain. Ia adalah jisim ruhaniah (sebangsa nur atau
cahaya ) amat tinggi kedudukannya dan hidup, selai itu ia dapat meninggalkan
tubuh kasar dan dapat menjalar dalam rongga tubuh itu bagaikan mengalirnya air dalam
tangkai yang hijau hidup. Roh itu tidak dipisah-pisah atau dibagi. Roh merupak
makhluk yang baru atau hawadist bukan benda yang qodim atau dahulu.
BAB 12
TANDA-TANDA
HARI KIAMAT
Tibanya hari kiamat secara pasti tiak ada yang dapat
mengetahuinya kecuali Alloh SWT, tetapi Alloh SWT mwmbwrika rambu-rambu kepada
manusia yang merupakan tanda-tanda dekatnya kiamat. Tanda-tanda datangnya hari
kiamat itu secara garis besar dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1. Tanda –tanda kecil ( alamat sughra)
2. Tanda-tanda besar (alamt kubra )
Adapun tanda-tanda kecil yaitu sebagai berikut :
1. Diutusnya nabi akhir zaman yaitu nabi Muhammad SAW
2. Pemimpin-pemimpin yang ada merupkan
keturunan-keturunan wanita-wanita tawanan atau golongan rendah.
Sedang tanda-tanda kubra yaitu :
1. Terbitnya Matahai dari arah barat
2. Keluarnya suatu binatang dari bumi yang dapat
bercakap-cakap dengan manusia.
3. Almahdi
4. Munculnya Masih Dajjal
5. Turunnya nabiullah Isa AS.
BAB 13
HARI AKHIR
(HARI KIAMAT)
Percaya kepada rukun hari kiamat merupakan salah satu dari rukun iman dan
merupakan bagian yang penting dari beberapa bagian akidah. Dimana hari kiamat
merupakan hari dimana hancurnya semua alam semesta ini beserta isinya,dan bumi
akan berubah tidak seperti bumi yang sekarang ini dan selanjutnya alloh SWT
akan menciptakan alam lain yang disebut dengan alam akhirat. Alam dimana semua
manusia dibangkitkan dan dihisab segala amal perbuatan yang telah dilakukan
selama hidup di dunia.
Amal perbuatan yang telah dilakukan
manusia selama hidup di dunia akan menetukan kondisi saat dia dibangkitkan, ada
yang dibangkitkan dalam kondisi yang sempurna, kurang sebagian, dan berbagai
jenis kondisi lainnya sesuai dengan kadar amal perbuatannya di dunia.
BAB 14 : HISAB
HISAB ADALAH
PUNCAK PENETRAPAN KEADILAN ILAHI
Alloh SWT memiliki semua
sifat kesempurnaan diantaranya yaitu Alloh maha Adil dan Bijaksana. Dia maha
adil tidak akan menganiaya atau merugikan seseorangpun dari makhluknya, Dia
juga maha bijaksana tidak akan meletakkan sesuatu itu bukan pada tempatnya. Sebagian
dari keadilan dan kebijaksanaan Alloh SWT itu adalah bahwa Dia tidak akan
mempersamakan antara orang yang berbakti dan taat kepadaNya dengan orang kafir
yang durhaka, antara orang mukmin dan orang musyrik,anatar orang yang baik dan
jahat, dst. Hisab ini merupakan pengadilan yang setinggi-tingginya dan
seadil-adilnya yang akan dialami manusia, tidak ada satupun perbuatan yang
pernah dilakukan di dunia kecuali semuanya akan dihisab, baik itu perbuatan
yang baik ataupun buruk, baik kecilatau besar tidak akan ada yang terlewatkan
dan terlupakan. Hasil hisab tersebut akan menentukan nasib manusia apakah akan
tinggal di surga Alloh yang penuh dengan kenikmatan ataukah tinggal di neraka
yang penuh dengan siksaan dan penderitaan. Alloh tidak akan salah dalam
memberikan putusannya terhadap makhluknya.
BAB 15
SURGA DAN
NERAKA
Balasan yang diberikan oleh Alloh SWT terhadap
makhluknya yaitu berupa kenikmatan syurga bagi yang taat dan siksaaan neraka
bagi yang durhaka.
Neraka. Ada
beberapa untu neraka yaitu :
1. Hawiyah : suatu jurang yang sangat dalam dan
barangsiapa yang jatuh disitu pasti pasti tidak akan dapat kembali naik ke atas
kecuali dengan izin Alloh. QS. Al Qari’ah ayat 8-11.
2. Lazha, api neraka lazha ini memiliki kehebatan yang
luar biasa sehingga kulit kepalapun mengelupas dengan sendirinya dan memiliki
daya tarik yang kuat sehingga siapapun yang mendekat akan langsun di sambar. Qs
al Ma’arij ayat 15-18.
3. Sa’ir, ini dijelaskan Alloh dalam Qs al-Mulk ayat 5
4. Saqar, Dijelaskan Alloh dalam Qs. Al Muddatsir ayat
26-30.
5. Hutamah,
Dijelaskan Alloh dalam Qs. Al Humazah ayat 4-9.
Surga atau Jannah merupakan balsan bagi yang taat,
yang memilki kenikmatan-kenikmatan yang
luar biasa yang tidak bisa dibayangkan oleh akal manusia. Adpun kenikmatan
Surga yang tertinggi di samping kenikmatan-kanikmatan yang lainnya yaitu
1. Dapat melihat Alloh SWT. Qs Al-Qiyamah ayat 22-23.
2. Dapat bermunajat dengan Alloh SWT. Qs Yasin 55-58.
3. Mendapat keridhaanNya. Qs. At-Taubah 72 dan Ali imran
15.
BAB 16
PENUTUP
Apa yang ditempuh manusia dan apa yang telah dilaksanak olehnya dalam
kehidupan di dunia merupakan suatu pernyataan dari kenyataan aqidah atau
kepercayaannya. Jika aqidah yang terpateri dalam jiwanya itu baik dan benar
maka baik dan benar pula jalan yang ditempuhnya serta lurus dalam
mengerjakannya, sebaliknya jika aqidah itu rusak dan salah maka jalan yang
ditempuhnya juga rusak, salah dan sesat. Oleh sebab itu, Aqidah Tauhid dan keimanan
adala suatu hal yang mutlak perlu yang sama sekali tidak dapat ditinggalkan dan
diabaikan oleh siapapun, supaya orang itu dapat mencapai kesempurnaan dan dapat
merealisasikan kemanusiaanya itu sendiri.
REFERENSI
Sabiq, Sayid. 2010. Aqidah Islam pola hidup manusia beriman. Bandung :
penerbit Diponegoro.
RESUME AQIDAH ISLAMIYAH – SAYYID SABIQ _ Aneka Warna.htm.http://viosixwey.blogspot.co.id/ chemistsuper