kisah islami wanita muslimah


               
                 Memiliki istri 
wanita muslimah selalu menjadi dambaan setiap laki-laki. Namun, seperti apa gambaran yang perlu kita pahami sehingga seorang wanita muslimah dapat dikatakan sebagai istri salihah? Tulisan ini menceritakan kisah nyata islami yang bisa dijadikan pelajaran oleh keluarga islami. Kita akan belajar tentang sebaik-baiknya wanita muslimah yang patut kita contoh sebagai seorang istri. Dalam sebuah hadis, Rasulullah pernah bersabda, “Sebaik-baik perempuan muslimah surga adalah Khadijah, Fatimah, Maryam, dan Asiyah,” (H.R. Baihaqi).

Wanita muslimah Pertama Penghuni Surga bukanlah putri seorang nabi, melainkan Dialah Mutiah.Mengapa bisa demikian? Siti Fatimah Putri Rasul pun sangat penasaran dibuatnya.
Ikuti kisahnya.

Kisahnya.
               Suatu hari putri Nabi SAW. Fatimah Az Zahra ra. bertanya kepada Rasulullah SAW., siapakah wanita muslimah pertama yang memasuki surga setelah Ummahatul Mukminin setelah istri-istri Nabi SAW.? Rasulullah bersabda: Dialah Mutiah wanita muslimah yang pertama yang memasuki surta.

                Berhari-hari Fatimah Az Zahra berkeliling kota Madinah untuk mencari tahu keberadaan siapa Mutiah itu dan dimana wanita yang dikatakan oleh Nabi SAW. itu tinggal. Alhamdulillah dari informasi yang didapatkannya, Fatimah mengetahui keberadaan dan tempat tinggal Mutiah di pinggiran kota Madinah.
                Atas ijin suaminya Ali bin Abi Thalib, maka Fatimah Az Zahra dengan mengajak Hasan putranya untuk bersilaturahmi ke rumah Mutiah pada pagi hari. Sesampainya di rumah Mutiah, maka Fatimah yang sudah tidak sabar segera mengetuk pintu rumah Mutiah dengan mengucapkan salam.
                “Assalaamu’alaikum ya ahlil bait.” Dari dalam rumah terdengar jawaban seorang wanita, “Wa’alaikassalaam … siapakah diluar?” lanjutnya bertanya. Fatimah menjawab, “Saya Fatimah putri Muhammad SAW.” Mutiah menjawab, “Alhamdulillah, hari ini rumahku dikunjungi putri Nabi junjungan alam semesta.”
                 Segera Mutiah membuka sedikit pintu rumahnya, dan ketika Mutiah melihat Fatimah membawa putra laki-lakinya yang masih kecil (dalam riwayat masih berumur 5 tahun). Maka Mutiah kembali menutup pintu rumahnya kembali, terkagetlah Fatimah dan bertanyalah putri Nabi SAW kepada Mutiah dari balik pintu.

                “Ada apa gerangan wahai Mutiah? Kenapa engkau menutup kembali pintu rumahmu? Apakah engkau tidak mengijinkan aku untuk mengunjungi dan bersilaturahim kepadamu?”
                  Mutiah dari balik pintu rumahnya menjawab, “Wahai putri Nabi, bukannya aku tidak mau menerimamu di rumahku. Akan tetapi keberadaanmu bersama dengan anak laki-lakimu Hasan, yang menurut ajaran Rasulullah tidak membolehkan seorang istri untuk memasukkan laki-laki ke rumahnya ketika suaminya tidak ada di rumah dan tanpa ijin suaminya. Walaupun anakmu Hasan masih kecil, tetapi aku belum meminta ijin kepada suamiku dan suamiku saat ini tidak berada dirumah. Kembalilah besok biar aku nanti meminta ijin terlebih dahulu kepada suamiku.”
                  Tersentaklah Fatimah Az-Zahra mendengarkan kata-kata wanita mulia ini, bahwa argumentasi Mutiah memang benar seperti yang diajarkan ayahnya Rasulullah SAW. Akhirnya Fatimah pulang dengan hati yang bergejolak dan merencanakan akan kembali besok hari.
                   Pada hari berikutnya ketika Fatimah akan berangkat ke rumah Mutiah, Husein adik Hasan rewel tidak mau ditinggal dan merengek minta ikut ibunya. Hingga akhirnya Fatimah mengajak kedua putranya Hasan dan Husein. Dengan berpikir bahwa Mutiah sudah meminta ijin kepada suaminya atas keberadaannya dengan membawa Hasan, sehingga kalau dia membawa Husein sekaligus maka hal itu sudah termasuk ijin yang diberikan kepada Hasan karena Husein berusia lebih kecil dan adik dari Hasan.
Namun ketika berada didepan rumah Mutiah, maka kejadian pada hari pertama terulang kembali. Mutiah mengatakan bahwa ijin yang diberikan oleh suaminya hanya untuk Hasan, akan tetapi untuk Husein Mutiah belum meminta ijin suaminya.
                    Semakin galau hati Fatimah, memikirkan begitu mulianya wanita ini menjunjung tinggi ajaran Rasulullah SAW. dan begitu tunduk dan tawaddu’ kepada suaminya.
Pada hari yang ketiga, kembali Fatimah bersama kedua anaknya datang ke rumah Mutiah pada sore hari. Namun kembali Fatimah mendapati kejadian yang mencengangkan, dia terkagum. Mutiah didapati sedang berdandan sangat rapi dan menggunakan pakaian terbaik yang dipunyai dengan bau yang harum, sehingga Mutiah terlihat sangat mempesona.

                     Dalam kondisi seperti itu, Mutiah mengatakan kepada Fatimah bahwa suaminya sebentar lagi akan pulang kerja dan dia sedang bersiap-siap menyambutnya. Subhanallah, kita merindukan istri yang demikian. Yaitu ketika suami pulang kerja dia berusaha menyambutnya dengan kondisi sudah mandi, sudah berdandan, sudah memakai pakaian yang bagus, dan siap menyambut kedatangan suami di halaman rumah dengan senyuman terindah penuh kasih dan sayang. Ya Allah, jadikanlah istri-istri kami seperti Mutiah wanita yang sebenar benar muslimah.
                      Akhirnya Fatimah pulang kembali dengan kekaguman yang tak terperi kepada Mutiah. Dan pada hari yang keempat, Fatimah datang kembali ke rumah Mutiah lebih sore dan berharap bahwa suaminya sudah berada di rumah atau sudah pulang dari kerja. Dan Alhamdulillah memang pada saat Fatimah datang, suami Mutiah baru saja sampai di rumah pulang dari kerja.
Fatimah dan kedua anaknya Hasan dan Husein dipersilahkan masuk oleh Mutiah dan suaminya ke rumahnya. Fatimah melihat sebuah pemandangan yang jauh lebih mengesankan dibanding dengan yang dihadapinya sejak hari pertama. Mutiah sudah menyiapkan baju ganti yang bersih untuk suaminya, sambil menuntun suaminya ke kamar mandi. Mutiah terlihat mulai melepaskan baju suaminya, dan mereka berdua hilang masuk ke bilik kamar mandi. Dan yang dilakukan oleh Mutiah adalah memandikan suaminya. Subhanallah… Tsumma Subhanallah.
                 Selesai memandikan suaminya, Fatimah menyaksikan Mutiah menuntun suaminya menuju ke tempat makan. Dan suaminya sudah disiapkan makanan dan minuman yang dimasaknya seharian. Sebelum memakan makanan yang sudah disiapkan, Mutiah masuk ke dalam rumah dan keluar dengan membawa cambuk sepanjang 2 meter dan diberikan kepada suaminya dengan mengatakan.
“Wahai suamiku, seharian aku telah membuat makanan dan minuman yang ada didepanmu. Sekiranya engkau tidak menyukai dan tidak berkenan atas masakan yang aku buat, maka cambuklah diriku.”
Tanpa bertanya apa-apa, Fatimah sudah memahami apa yang dikatakan oleh ayahnya Rasulullah SAW. tentang wanita pertama penghuni surga setelah para istri Nabi yaitu Mutiah.
                  Fatimah pulang menangis haru dan bahagia karena sudah mendapatkan jawaban bagaimana istri yang sholihah. Seperti yang ada pada diri Mutiah, yang mendapatkan kehormatan sebagai wanita yang paling dahulu memasuki surga Allah SWT.

Kisah Nyata Islami wanita muslimah 4 Perempuan Penghuni Surga

Wanita muslimah yang pertama KHADIJAH

Suatu hari, datanglah malaikat Jibril kepada Rasulullah, kemudian berkatala, “Ya Rasulullah, Khadijah sebentar lagi akan datang membawa bejana berisi lauk, makanan, atau minuman. Kalau ia sudah datang, sampaikan salam dari Allah dan dariku. Dan, berikan kabar gembira dengan rumah di surge,” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Lihatlah betapa salihahnya beliau hingga Allah menitipkan salam untuknya melalui perantara malaikat Jibril dan Rasulullah. Khadijah dikenal dengan kedermawanannya memberikan segala yang ia punya untuk kepentingan dakwah suami tercintanya, yakni Rasulullah. Khadijah ikhlas meski hartanya habis untuk kepentingan dakwah sehingga tidak heran jika Rasulullah sangat terkesan pada sosoknya. Ia pun tidak pernah hilang dalam ingatan Rasulullah, meskipun ia sudah tiada dan Rasulullah sudah memiliki istri lain yang juga salihah.
Banyak sekali keistimewaan Khadijah yang membuatnya begitu dicintai oleh Rasulullah. Ia wanita muslimah pertama yang percaya dan beriman kepada Allah dan Rasulullah. Selain patuh dan percaya sepenuhnya kepada Rasulullah, Khadijah juga membantu perjuangan dakwah Rasulullah dari berbagai aspek, mulai dari harta, tenaga, pikiran, hingga hal lainnya.
Hal itulah yang bisa dicontoh oleh para wanita muslimah ketika telah menikah dan memiliki suami. Dukunglah suami Ummi jika ia memiliki tujuan berdakwah untuk umat. Bantu semampu yang kita mampu untuk kepentingan dakwahnya dan ikhlaslah mengharap ridha dari Allah saja. Semoga kita semua yang sedang berusaha menjadi istri salihah dapat bertemu dengan Khadijah di Taman Firdaus kelak.

Wanita kedua muslimah FATIMAH AZZAHRA

Fatimah Azzahra adalah anak dari Khadijah dan Rasulullah. Sosoknya selalu mengagumkan karena ia mengajarkan kepada kita tentang bakti seorang anak terhadap orang tua. Anak perempuan yang salihah memiliki potensi menjadi istri yang salihah juga.
Fatimah adalah anak kesayangan Rasulullah. Meskipun dia adalah putri dari orang nomor satu di dunia, Fatimah tidak pernah menyombongkan diri. Bahkan, dalam urusan memilih jodoh, dia sangat patuh pada pilihan Rasulullah, meskipun orang yang dijodohkan kepadanya bukanlah seseorang yang bergelimang harta, yakni Ali bin Abu Thalib. Baginya, dalam memilih pasangan, kekayaan harta bukanlah tolak ukur, melainkan keimanan dan ketakwaan orang yang kelak mendampinginya dalam mengarungi bahtera rumah tanggalah yang paling penting.
Bakti dan rasa sayang seorang Fatimah terhadap ayahandanya selalu dibuktikan dengan sikap yang terang-terangan, tidak hanya diucapkan di bibir saja, seperti dua kisah di bawah ini.
Pertama, ketika Perang Uhud selesai, Nabi mengalami luka yang cukup parah di bagian pipinya. Gigi Rasulullah patah, kemudian kakinya terluka. Tidak sedikit darah yang keluar dari bagian tubuh Rasulullah yang terluka. Dengan dibantu Ali, Fatimah membersihkan dan menghentikan aliran darah pada tubuh Rasulullah dengan sabar. Ia melakukan hal tersebut karena keikhlasan dan kecintaan terhadap ayahnya.
Kedua, suatu hari, Rasulullah pernah dilempari darah dan kotoran unta oleh Uqbah bin Abi Muith saat sedang sujud di depan Kabah. Fatimah yang mendengar hal itu mengetahui bahwa ayahnya tidak bersalah dan ia melihat bahwa ayahnya sedang dizalimi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab tanpa alasan yang jelas. Fatimah pun datang menghampiri Rasulullah dan membersihkan kotoran itu dari kepala ayahnya. Setelah itu, ia menghampiri dan memarahi para kafir Quraisy. Karena ia masih kecil, bukan didengarkan, ia justru ditertawakan. Meski begitu, Fatimah sudah menunjukkan bahwa ia memiliki sikap yang tegas dan berani dalam melihat mana yang benar dan mana yang salah.
Kisah tersebut merupakan sebuah pelajaran bagi kita tentang cara seorang anak yang berani membela ayahnya ketika sang ayah dizalimi oleh orang lain. Kisah tersebut cukup menyentuh hati dan memperlihatkan bahwa Fatimah adalah anak yang pemberani. Selain itu, darinya juga kita dapat belajar bahwa sebelum belajar menjadi istri yang patuh kepada suami, belajarlah menjadi anak yang patuh pada orang tua. Dapatkan ridha Allah dengan mendapatkan ridha orang tua dan juga ridha dari suami.

Wanita ketiga muslimah ASIYAH

“Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya. Dan, selamatkanlah aku dari kaum yang zalim,” (Q.S. At-Thamrin: 11). Dalam doanya, bisa dilihat betapa sulitnya hidup di posisi Asiyah. Hati kecil selalu menuntunnya untuk menjadi orang yang beriman dan taat kepada Allah, tetapi lingkungan yang ia miliki tidak mendukunganya pada hal itu.
Semua tahu siapa suami dari Asiyah. Ya, dialah seorang manusia yang sangat sombong bernama Firaun. Saking sombongnya, ia bahkan berani merebut kesombongan yang seharusnya hanya dimiliki oleh Allah dengan mengatakan dirinya adalah Tuhan. Barang siapa menolak titahnya, kematian adalah balasannya.
Asiyah membuktikan keteguhan hatinya saat terjadi peristiwa adu ilmu antara tukang sihir utusan Firaun dengan Musa as.. Asiyah bertanya pada pengawal kerajaan, “Siapakah yang menang?” Mereka pun menjawab, “Musa dan Harun.” Asiyah pun kemudian berkata, “Aku beriman kepada Tuhannya Musa dan Harun.” Pernyataan Asiyah tersebut menjadi tamparan yang keras bagi Firaun di muka umum. Karena kemarahannya yang begitu besar, Firaun pun mengancam  akan melempari Asiyah dengan batu besar di padang pasir yang panas. Namun, karena ketaatannya kepada Allah, Asiyah tidak takut dan tetap teguh pada pendiriannya. Keteguhan Asiyah pun dicatat oleh Allah di dalam Alquran.
Sebagai wanita muslimah, mungkin kita memiliki cerita yang berbeda-beda dalam meneguhkan hati untuk menjaga diri dan keimanan kita terhadap Allah. Ketika lingkungan tidak mendukung keinginan kita untuk menjadi perempuan salihah atau wanita muslimah, ingatlah bahwa hal ini juga pernah terjadi pada Asiyah. Janganlah pernah merasa sendiri. Selain itu, bagi para muslimah yang tidak memiliki masalah dengan lingkungan, tetapi sulit sekali berubah karena selalu mengada-adakan masalah, tidakkah seharusnya kalian bersyukur karena tidak harus diancam akan dilempari batu besar di gurun pasir hanya untuk sekadar menutup aurat dan menguatkan keimanan kepada Allah? Lawanlah rasa malas itu dan ingatlah bahwa balasan bagi orang teguh terhadap keimanan dan ketakwaan adalah surga seperti yang Allah janjikan kepada Asiyah.

Wanita muslimah ke empat MARYAM

Di zaman yang kini serba modern dan banyak orang yang menyalahgunakan arti kata kebebasan, kita dapat menjumpai banyak fenomena menyedihkan mengenai perempuan. Kini, banyak perempuan yang tidak bisa menjaga kesuciannya dengan rela melepaskan kehormatannya hanya untuk kesenangan duniawi semata. Kesenangan yang hanya terlihat indah di mata, tetapi tidak dirasakan indah di hati kecilnya sendiri. Ada baiknya kita melihat kembali kisah nyata di masa lalu yang bisa kita contoh saat ini, yakni kisah tentang Siti Maryam binti Ibrahim.
Maryam adalah figur seorang wanita muslimah yang konsisten menjaga kesuciannya. Sebuah harga mahal seorang wanita muslimah yang sudah sulit sekali ditemukan di kalangan perempuan zaman sekarang. Suatu ketika, ujian Allah datang kepadanya, yaitu malaikat mengaruniakan seorang anak kepadanya saat  ia masih seorang gadis yang tidak memiliki suami. Jika dipikir secara rasional, hal ini sangat tidak masuk akal. Namun, takdir yang Allah tetapkan terhadapnya ia terima dengan ikhlas. Karena kesuciannya, Allah memercayakannya untuk mengandung dan melahirkan Nabi Isa as.. Setelah melahirkan, ia mendidik Nabi Isa dengan sangat baik sehingga terlahirlah pejuang ajaran Allah di muka bumi.
Ada proses panjang yang harus dilalui oleh wanita suci ini sehingga namanya tercatat dalam hadis sebagai wanita yang dijamin masuk surga. Ia harus hidup dengan sulit karena banyak hinaan juga cemoohan yang datang bertubi-tubi kepadanya. Namun, lagi-lagi, ketaatan dan ketakwaan kepada Allah-lah yang membuat muslimah ini kuat dan bersabar dengan cobaan yang datang. Ini karena ia menyadari bahwa hanya Allah-lah yang tahu kalau dirinya tidak pernah berbuat hal sekeji itu. Ia hanya beriman kepada Allah dan tidak peduli pada pandangan orang-orang di sekitarnya. Ia tidak memusingkan cemoohan dan hinaan orang-orang yang tidak tahu apa-apa.
Begitulah keempat kisah nyata muslimah zaman dulu yang dijanjikan Allah masuk surga. Para muslimah masa kini dapat memetik hikmahnya. Selain itu, kita dapat mencontoh dan mengaplikasikannya dalam kehidupan saat ini. Wallahualam bissawab

Sumber cerita : viosixwey kisahislamiah abiummi



Related Posts