Siapakah sosok al masih dajjal itu? Al masih dajjal adalah
figure pembawa bencana,keonaran, dan kesesatan di akhir zaman. Ia adalah
penjahat nomor wahid di permukaan bumi. Dajjal adalah pemimpin dan ‘juru
selamatnya orang orang jahat di dunia, yaitu kaum yahudi. Di akhir zaman, orang
orang yahudi tersebut mengira bahwa dajjal itu dapat merealisasikan ambisi
mereka untuk menguasai dunia. Akan tetapi, pada kenyataannya dajjal tersebut
justru menghancurkan kehidupan dan eksistensi mereka.
Berbagai
hadits nabi s.a.w dan atsar para sahabat telah memberikan informasi kepada
kita,bahwa dajjal itu mempunyai ciri ciri sebagai berikut:
A ia adalah seorang lelaki keturunan adam a.s,seperti halnya
manusia pada umumnya.
B ia seorang pemuda.
C kulitnya merah
D tubuhnya pendek
E badannya besar
F keningnya luas
G lehernya lebar dan agak bongkok
H jarak antara kedua bbetisnya terlihat lebar
I rambutnya ikal
J lehernya sakit
K mata kanannya buta seperti biji anggur yang menonjol.
L di atas mata kirinya terdapat daging tebal
M di antara kedua matanya tertulis kata “ka-fa-ra” dengan
huruf huruf terputus atau kata “kafir” tanpa terputus-putus.
N semua orang islam dapat membaca symbol kata “kafir”
tersebut,baik ia orang yang dapat membaca maupun buta huruf.
O ia seorang yang mandul alias tidak berketurunan
P ia mirip dengan qathan bin abdul uzza, salah seorang
sahabat nabi s.a.w
Q ia berkelana seluruh penjuru bumi,kecuali makkah dan
madinah.
R ia mengaku sebagai tuhan
S dajjal akan terbunuh di tangan nabiullah isa al masih a.s
Berikut
ini kutipan beberapa hadits yang menggambarkan tentang sifat dan sosok dajjal
la’natullah:
Ibnu
umar r.a berkata, bahwa rasulullah s.a.w pernah menceritakan tentang dajjal di
tengah orang banyak. Beliau bersabda,
“sesungguhnya allah tidak buta.ketauhilah,sesungguhnya al
masih dajjal itu buta mata kanannya. Matanya seperti buah anggur yang mengapung
(menonjol).” (H.R. muslim)
Diriwayatkan
dari ibnu umar r.a, bahwa rasulullah s.a.w bersabda, “ketika aku tidur, aku bermimpi
sedang melakukan thawaf di baitullah…” kemudian beliau bercerita bahwa beliau
bermimpi melihat isa bin maryam ‘a.s, kemudian melihat dajjal. Lalu beliau pun
menggambarkan sosok dajjal dengan sabdanya:
“ternyata ia seorang lelaki yang bertubuh besar, berkulit
merah, berambut ikal; sementara matanya buta sebelah seakan seakan buah anggur
yang menonjol.” Para sahabat berkomentar, “orang yang paling mirip dengan
dajjal ini adalah ibnu qathn, seorang lelaki dari khuza’ah.”(H.R Bukhari dan
Muslim)
Diriwayatkan
dari anas bin malik r.a, dia berkata bahwa rasulullah s.a.w bersabda
“dajjal itu terhapus (sebelah) matanya. Di antara kedua
matanya tertulis ‘kafir’.” Kemudian beliau mengejakan kepada kami kata
ka-fa-ra. “tulisan kafir itu dapat dibaca oleh setiap muslim.” (H.R Muslim)
Timbul
pertanyaan, mengapa sosok dajjal tidak disebutkan secara eksplisit dalam a
qur’an, padahal masalah fitnah dajjal merupakan sesuatu yang sangat besar di
akhir zaman dan tidak bisa dielakkan dari permasalahn umat manusia? Bukankah
dajjal itu sangat durhaka, jahat, minimbulkan malapetaka dimana mana, bahkan
mengaku dirinya sebagai tuhan. Ia juga seorang pembohong besar. Para nabi
senantiasa mengingatkan agar berhati hati terhadapnya. Akan tetapi, sosok
dajjal yang fonemenal itu tidak di jelaskan dalam alquran dan tidak ada
peringatan terhadapnya. Bahkan namanya pun sama sekali tidak disebut sebut
terlebih kedustaan dan kedurhakaannya?
Beraitan
dengan pertanyaan ini, ibnu katsir memberikan beberapa argumentasi. Menurut
beliau, jawabannya banyak, antara lain:
Pertama, sosok dajjal itu sebenarnya telah diisyaratkan
dalam firmannya allah s.w.t
“pada hari datangnya beberapa ayat dari rabb-mu (tanda-tanda
kiamat) tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagii dirinya sendiri,yang belum
beriman sebelum iitu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa
imannya.” (Qs Al An’am (6):158)
Ayat
tersebut ditafsirkan oleh hadits berikut ini : diriwayatkan dari abu isa at
tirmidzi dari abu huurairah r.a, bahwa nabi s.a.w bersabda
“ada tiga hal yang apabila telah muncul, maka iman seseorang
yang sebelumnya tidak beriman tidak bermanfaat bagi dirinya, atau dia tidak
mengerjakan kebaikan dalam masa imannya: dajjal,binatang melata dan terbitnya
matahari dar barat.”(H.R Tirmidzii,menurutnya hadits ini sahih)
Kedua, bahwa isa bin maryam ‘alaihis salam akan turun lagi
dari langit yang terdeja ke bumi lalu membunuh dajjal, sebagaimana dinyatakan
dalam sebuah hadits terdahulu, sementara dalam al qur’an di terangkan pada
firman allah ta’ala berikut ini
“dan karena ucapan mereka, ‘sesungguhnya kami telah membunuh
al masih isa putra maryam, rasul allah,’ padahal mereka tidak membunuhnya dan
tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang di
serupakan dengan isa bagi (penglihatan) mereka. Sesungguhnya orang orang yang
berselisih paham tentang (pembunuhan) isa, benar benar dalam keraguan raguan
tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka
tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah isa. Akan tetapi (yang
sebenarnya), allah telah mengangkat isa kepadanya. Dan adalah allah maha
perkasa lagi maha bijaksana, tidak ada seorang pun dari ahli kitab, kecuali
akan berimann kepadanya (isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti isa
itu akan menjadi saksi terhadap mereka.”(Qs an-nisaa’ (4): 157-159)
Dalam
kitab tafsirnya,ibnu katsir telah menjelaskan bahwa dhamir pada kata kata
“qabla mautihi” pada ayat di atas merujuk pada isa a.s. maksudnya, beliau akan
turun lagi ke bumi. Dengan demikian, para ahli kitab yang berselisih pendapat
mengenai isa dengan sangat kerasnya maka mereka akan beriman kepadanya, baik
mereka yang menganggapnya sebagai tuhan, yaitu kaum nasrani, maupun mereka yang
telah mengucapkan kedustaan besar tentang diri isa, bahwa kelahirannya
diragukan sebagai anak siapa; yaitu kaum yahudi. Apabila nabi isa telah turun
menjelang hari kiamat, maka menjadi jelaslah kedustaan mereka itu.
Dengan
demikian, turunnya al masih isa merupakan isyarat akan munculnya al masih
dajjal. Ia adalah pemimpin kesesatan, lawan dari al masih isa yang membawa
petunjuk. Menurut tradisi bangsa arab, penyebutan salah satu dari dua hal yang
berlawanan, merupakan sesuatu yang sudah cukup dimengerti, tanpa harus
menyebutkan lawannya.
Ketiga, bahwa tidak disebutkannya nama dajjal secara jelas
dalam alqur’an, adalah sebagai bentuk penghinaan terhadapnya, sebagai manusia
yang mengaku dirinya tuhan. Hal tersebut tidak mengurangi keagungan allah
s.w.t, kebesaran dan kejayaannya maupun kemahasuciannya dari segala kekurangan.
Sungguh nama dajjal itu bagi allah terlalu hina untuk disebut, terlalu kecil
dan remeh untuk diceritakan ataupun diperingatkan tentang pengakuannya. Para
tokoj utusannya telah membantu menjelaskan kepada umat mereka masing masing
tentang sosok dajjal. Mereka telah mengingatkan betapa menyesatkan pengakuan
dajjal itu, juga perbuatan perbuatan luar biasanya yang sebenarnya tak akan
berumur lama. Dengan demikian, maka cukuplah dengan pemberitahhuan dari para
nabi.viosixwey