Pemimpin Sejati dan Berkelas pada Kekhalifahan Pertama


Oleh : Bengkel Moeslim
Segala puji bagi Allah yang selalu menjaga Islam sesuai janji-Nya di dalam Al Quran. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya. Sungguh hanya dengan izin Allah SWT, shalawat dan salam itu akan sampai, karena hanya Allah sajalah yang tidak terbatas ruang dan waktu. Dia-lah yang selalu ada ketika manusia pertama diciptakan, hingga detik ini Allah masih menjaga Islam untuk kita semua.
Pasca Rasulullah SAW dikebumikan, maka Abu Bakar RA dibai’at oleh kaum muslimin di Madinah, baik oleh kalangan Mujahirin maupun Anshar. Walaupun sebelumnya sudah terjadi bai’at, ketika Abu Bakar RA. mengumumkan bahwa Rasulullah SAW benar-benar wafat. Berikut kutipan khutbah Abu Bakar Ash Shidiq RA yang diambil dari Kitab terjemahan Al bidayah wan nihayah.
Setelah memuji Allah, Abu Bakar RA ber-khutbah di hadapan kaum muslimin  “Wahai saudara-saudara sekalian, sesungguhnya aku adalah seperti kalian juga, dan aku tidak tahu apakah aku sanggup memikul beban yang kalian letakan di pundakku sebagaimana Rasullullah mampu memikulnya. Sesungguhnya Allah telah memilih Muhammad SAW atas sekalian alam, dan Allah menjaganya dari segala kegagalan. Sementara aku hanyalah seorang yang berusaha mengikut jejak beliau dan aku bukanlah pembuat bid’ah. Maka jika aku istiqamah di atas kebenaran tolong ikuti aku, tetapi jika aku keliru maka luruskan diriku. Sesungguhnya Rasulullah saw. telah wafat dan tidak seorangpun dari umat ini menuntut kezhaliman yang beliau lakukan terhadapnya baik berupa pukulan dengan cambuk ataupun yang lebih ringan dari itu. lngatlah, sesungguhnya aku selalu di sertai setan yang selalu berusaha menggodaku. Jika setan mendatangiku tolong agar aku dijauhkan darinya. Aku berusaha untuk tidak menyakiti kalian sedikitpun waIau seujung kuku. Dan sesungguhnya kalian setiap pagi dan sore selalu dibayang-bayangi ajal yang akan menjemput sementara kalian tidak mengetahuinya. Maka jika sanggup janganIah kalian melewati waktu-waktu kecuali mengisinya dengan amal shalih. Yakinlah kalau kalian tidak mampu melakukan amal-amal tersebut kecuali dengan izin Allah. Berlombalah dalam kebaikan sebelum ajal menghalangi kalian beramal. Sebab banyak orang yang lupa kepada ajalnya, dan selalu menunda-nunda amalan mereka untuk masa depannya. Maka jangan kalian tiru mereka, bersungguh-sungguh kalian dan berusahalah menyelamatkan diri (dari adzab Allah). Sesungguhnya dihadapan kalian telah menunggu ajal yang selalu mengejar kalian dan akan datang dengan cepat. Oleh karena itu wasapadalah terhadap kematian dan banyak-banyaklah mengambil pelajaran  apa yang telah menimpa bapak-bapak kalian  serta saudara-saudara kalian. Janganlah kalian merasa cemburu terhadap orang yang hidup, kecuali sebagaimana kalian cemburu kepada orang-orang yg telah mati”
Khutbah yang sempurna, kalau kita telaah satu per satu kalimat dari Abu Bakar RA adalah benar. Benar dalam artian sesuai Al Quran dan As Sunnah, aura Al Quran dan As Sunnah begitu kental mendarah daging di hati beliau. Khalifah pertama yang diangkat kaum muslimin setelah nabi SAW wafat, yang mengikuti jejak nabi dengan lurusnya. Seorang pemimpin pilihan yang tegas, hafidz Quran, tawaddu, dan zuhud, khalifah pengganti rasulullah SAW pertama yang diizinkan Allah Ta’ala.
Ketegasan beliau dibuktikan dengan tetap mengirim pasukan Usamah ke al Balqa yang berada di Syam dimana Zaid bin Haritsah, Ja’far, dan Ibnu Rawahah terbunuh. Misi pasukan Usamah dipersiapkan Rasulullah SAW untuk menaklukan daerah tersebut, penaklukan dimana kalimat “Laa ilaha ilallah muhammad rasulullah” harus ditegakan. Ketika itu orang-orang Arab atau suku-suku Arab banyak yang murtad sejak mendengar berita Rasulullah SAW sakit.
Setelah jasad Rasulullah SAW dimakamkan, dan khutbah pelantikan selesai. Saif bin Umar at-Tamimi berkata, Diriwayatkan dari Abu Dhamrah dari bapaknya dan Ashim bin Adi,  berkata “Salah seorang pesuruh Abu Bakar berseru di tengah-tengah manusia. ‘Hendaklah pasukan Usamah segera berangkat, ingatlah tidak seorangpun dari pasukan Usamah yang boleh tinggal di Madinah, melainkan harus pergi ke Jurf pangkalan militer pasukan Usamah‘.’
Ketegasan beliau yang lain tergambar dalam menyikapi usulan penggantian pemimpinan pasukan Usamah. Saif bin Umar meriwayatkan dari Abu Dhamrah, Abu Amru dan lain-lainnya dari al-Hasan al-Basri, ketika Abu Bakar bersiap-siap memberangkatkan pasukan Usamah, sebagian Anshar berkata kepada Umar, “Katakan padanya agar mengganti dan tidak menunjuk Usamah sebagai pimpinan kita, maka Umar segera melaporkan hal itu kepada Abu Bakar. Maka diceritakan bahwa Abu Bakar RA menarik janggut Umar dan berkata, “Payah-payah ibumu mengandungmu wahai Umar bin al-Khaththab, bagaimana mungkin aku mengganti pimpinan yang telah ditunjuk oleh Rasulullah SAW.  Kemudian Abu Bakar segera bangkit dan berjalan sendiri menuju Jurf untuk memeriksa pasukan Usamah dan memerintahkan mereka untuk mulai berjalan, sementara beliau turut berjalan bersama mereka. Waktu itu Usamah menaiki kendaraan dan Abdurrahman memegang tali kekang unta Abu Bakar ash-Shiddiq. Usamah berkata, “Wahai khalifah Rasulullah, naiklah ke atas kendaraan ini atau aku yang turun!” Abu Bakar menjawab, “Demi Allah aku tidak akan naik dan engkau tidak boleh turun!” Setelah itu Abu Bakar memohon agar Umar bin al-Khaththab dibebastugaskan untuk menemaninya di Madinah -sebelumnya Umar termasuk satu dari anggota pasukan Usamah- maka Usamah pun mengabulkannya.
Demikianlah ketegasan khalifah pertama, terhadap orang-orang yang dipimpinnya setelah Rasulullah SAW wafat dalam menegakan kalimat Allah. Kepemimpinan yang tak tergoyahkan, seorang pimpinan yang selalu berdiri dipijakan yang hakiki dengan rendah hati, dan begitu setianya beliau kepada Rasulullah SAW dan meneladaninya.
Ketegasan Islam ini jarang disampaikan para ulama sekarang, tapi toleransi Islam-lah yang selalu dielu-elukan. Sehingga ketegasannya sedikit demi sedikit menjadi redup dan kemudian hilang, Islam memang sangat toleran tapi juga tegas. Hanya saja ketegasan tersebut kurang diterima oleh umat Islam sendiri. Ketika sifat toleransinya selalu dibesar-besarkan oleh para ulama saat ini, dimana ketegasan tidak dimunculkan, maka terjadilah ketidakseimbangan yang membuat kelemahan dalam umat Islam itu sendiri. Umat Islam sekarang dihinggapi penyakit wahhan, yaitu cinta kepada dunia dan takut kepada kematian.
Kondisi ini sama seperti ketika rasulullah SAW wafat, Umar RA sempat tidak terima atas berita wafat tersebut. Namun Abu Bakar Ash-shidiq begitu ikhlas dan membenarkan kematian nabi SAW tersebut, berikut peristiwa detilnya :
Diriwayatkan dari ‘Aisyah RA istri Rasulullah SAW ia berkata, Ketika Rasulullah  wafat Abu Bakar sedang berada di suatu tempat yang bernama Sunuh- Ismail berkata, “Yaitu sebuah kampung, maka Umar berdiri dan berpidato, “Demi Allah sesungguhnya Rasulullah SAW tidak meninggal. ‘Aisyah melanjutkan, Kemudian Umar berkata, “Demi Allah tidak terdapat dalam hatiku melainkan perasaan bahwa beliau belum mati, Allah pasti akan membangkitkannya dan akan dipotong kaki dan tangan’ mereka (yang mengatakan beliau telah mati, pent). Kemudian datanglah Abu Bakar menyingkap kain yang menutup wajah Rasulullah SAW serta menciumnya sambil berkata, Kutebus dirimu dengan ibu dan bapakku, alangkah harum dan eloknya engkau saat hidup dan sesudah mati, demi Allah yang diriku berada ditanganNya mustahil Allah akan menimpakan padamu dua kali kematian selama-lamanya.”
Kemudian Abu Bakar keluar dan berkata, “Wahai orang yang telah bersumpah, (yakni Umar) tahanlah bicaramu!” Ketika Abu Bakar mulai berbicara maka Umar duduk, setelah memuji Allah beliau berkata, “Ingatlah sesungguhnya siapa saja yang menyembah Muhammad  maka beliau sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah tetap hidup dan tidak pernah mati. Kemudian beliau membaca ayat :
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ
“30. Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).”
(QS. Az Zummar 39:30)
dan ayat
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ ٱلرُّسُلُ ۚ أَفَإِي۟ن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ ٱنقَلَبْتُمْ عَلَىٰٓ أَعْقَٰبِكُمْ ۚ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ ٱللَّهَ شَيْـًٔا ۗ وَسَيَجْزِى ٱللَّهُ ٱلشَّٰكِرِينَ
“144. Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
(QS. Ali Imran 3:144)
Sungguh khalifah pertama Rasulullah SAW adalah pimpinan yang sangat berkelas. Bukan saja berkelas di dunia, tetapi juga seorang pemimpin berkelas di akhirat, hafalan kalam ilahi begitu melekat padanya disaat genting. Allah Ta’ala menjaga Islam ini dengan hamba-hamba-Nya yang demikian, hingga Islam akan tetap tegak dan tetap mulia sampai akhir jaman.
قَالَ هَٰذَا صِرَٰطٌ عَلَىَّ مُسْتَقِيمٌ
“41. Allah berfirman: “Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya).”
إِنَّ عِبَادِى لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَٰنٌ إِلَّا مَنِ ٱتَّبَعَكَ مِنَ ٱلْغَاوِينَ
“42. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu (iblis) terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat.” (QS. Al Hijr 15:41-42)
Mari! kita siapkan diri kita masing-masing menjadi hamba-hamba Allah yang ikhlas, sehingga khilafah nubuwah bisa bediri kembali. Persiapkanlah dengan sabar dan terus memahami Al Quran dan As Sunah dengan meresapi artinya.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱصْبِرُوا۟ وَصَابِرُوا۟ وَرَابِطُوا۟ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“200. Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran 3:200)
Sehingga jika tiba waktu kedatangan kekhalifahan nanti, kita semua sudah siap menjadi golongan Anshar (penolong). Pertajamlah segala kemampuan yang ada baik di bidang ekonomi, administrasi, pertahanan maupun teknologi agar siap sedia dengan ikhlas untuk menyongsongnya. Maka ketika kekhalifahan dapat berdiri dengan izin Allah Ta’ala, saat itu pula semua musuh-musuh Islam tidak akan dapat berbuat apa-apa. Selayaknya ketidakmampuan iblis yang diinformasikan dalam Al Quran, berikut :
قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
“39. Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,”
إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ
“40. kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis (ikhlas) di antara mereka”.”
(QS. Al Hijr 15:39-40)
Kepada Allah jua-lah segala urusan akan kembali, dia yang maha kuasa atas segala sesuatu. Sebagai hamba yang lemah kita semua hanya mampu berikhtiar, dan bersiap siaga dengan keahlian masing-masing yang dilandasi dengan Al Quran dan As Sunnah. Semoga Islam menjadi rahmatan lil ‘alamin.
Wallahu ‘alam bish-shawab.

Sumber :eramuslim

Related Posts