Kehidupan baru saja dimulai,namun tak
terasa usia teah mengantarkan manusia ke depan pintu gerbang kematian.maut
menjemput.duahi gelapnya.begitu tersiksanya kehidupan tanpa seberkas
cahaya,hitam,pekat,dan sunyi. Kita mungkin pernah mencoba saat kita memejamkan
mata.Gelap dan Mencekam !
Kadang
hidup ini seperti mimpi.kemarin orang tua kita masih sempat berkumpul dan
bercanda,namun saat ini telah tiada.Ia telah dijemput maut.Ia telah pergi.Jauh
dan berliku.Suara dzikir dan doa dari karib kerabat yang masih hidup,tak mampu
untuk menembus kerinduan untuk kembali bertemu seperti saat saat indah dulu.
“ayah
telah pergi dan tak akan pernah kembali,”kata seorang anak yang telah
kehilangan ayahnya tercinta.
“ibu
telah tiada.Hanyak doa yang dapat kai panjatkan kepadanya,semoga hari-hari yang
dilalui beliau,penuh dengan kedamaian dan ketentraman di alam sana,” kata
seorang gadis dengan air mata berlinang.
Sungguh,siapapun
orangnya di alam fana ini pasti akan akan berhadapan dengan maut. Nabi dan Rasul sekalipun,tidak bisa melepaskan
diri dari takdir yang tak terelakkan ini.Namun demikian,sunggu jarang di antara
kita yang menyadari dan memikirkannya. Kita baru tersentak dan tersadarkan saat
orang tua,saudara, atau tetangga dekat yang telah habis masa kehidupannya. Ia
teah terjerat dead line. Jatah
hidupnya telah habis. Mautpun telah menjemputnya. Ia baru saja memasuki pintu
gerbang kematian. Sungguh, kematian adalah prosesi dari awal kehidupan baru
yang teramat panjang dan penuh misteri.
Innaalillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.Kita
ini adalah milik allah, dan hanya kepadanya kita akan kembali. Sungguh Maha
benarlah apa yang difirmankannya,
“Tiap-tiap
yang bernyawa akan merasakan kematian.Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surge,maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Qs.Ali
Imran (3) : 185)
Dalam
kaitannya dengan ayat ini,ibnu katsir dalam permukaan bumi semuanya akan mati
binasa.Begitu pula halnya dengan bangsa jin,para malaikat termasuk yang memikul
‘Arsy atau singgasana Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Semuanya akan merasakan
kematian,hingga yang ada hanya Dia, Rabb yang menguasai semesta jagat raya
dengan segala isinya. Sebagaimana bunyi firmannya yang lain,
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
Dan tetap kekal wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Qs. Ar
rahman (55) :26-27).
Kematian
adalah proses awal menuju keabadian. Sesungguhnya kematian bukanlah akhir dari
kehidupan,tetapi permulaan dari sebuah perjalanan keabadian. Kehidupan itu
abadi. Kehidupan dunialah yang tidak abadi. Kematian hanyalah pemutus sementara
; ibarat penggalan perstiwa yang membuat seseorang terkesima, lalu ia pun masuk
dalam kehidupan baru. Sebuah lanskap kehidupan yang berbeda dimensi dengan
kehidupan sebelumnya.
Umar
bin Abdul Aziz berkata, “Sesungguhnya kamu sekalian diciptakan untuk
keabadian.Kalian akan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain (melalui
kematian).” (H.R. Ath-Thabrani dalam Al Kabir dan AL Hakim dalam AL Mustadrak).
Bagi
kebanyakan orang,kehidupan dunia sungguh teramat menggoda.Hal ini sungguh wajar
dan manusiawi,karena manusia diciptakan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dengan
dikaruniai akal dan hawanafsu.Dengan akal dan hawa nafsu inilah manusia
senantiasa berkreasi dan berbudaya. Kehidupanpun terasa semakin mudah dan kian
menggoda. Hingga banyak di antara mereka yang menginginkan umur panjang; bahkan
kalau perlu hidup seribu tahun lagi. Bagi mereka, sungguh kehidupan ini terasa
indah dan mempesona. Hingga akhirnya mereka terlena. Sementara sang maut siap
menjemput. Padalal bekal untuk perjalanan ke akhirat, sama sekali belum
dipersiapkan sepenuhnya. Akhirnya hanya penyesalan yang menghantui jiwa dan
raganya. Ada sebuah untaian sya’ir Arab
“Kehidupan ini hanya sesaat lalu sirna
Semua
pergi dan lenyap entah kemana”
Sementara
bagi mereka yang menyadari akan kehidupan fana ini,kematian adalah sebuah
pelampiasan dari kerinduan yang sekian lama terpendam. Abu Hurairah pernah
menceritakan, bahwa ada seseorang yang berjalan melewati dirinya. Kemudian Abu
Hurairah bertanya,
“Engkau hendak ke mana?”
“Ke pasar,” jawab orang itu.
Lalu Abu Hurairah berpesan,”Kalau sekiranya
engkau dapat membelikan saya kematian sebelum pulang,maka belikanlah.” (Ibnu
Abi Syaibah dalam Al Musbannaf, ibnu Sa’ad dan Iam Baihaqi dalam Syu’abul Ima).
Ibnul
Mubarak menceritakan bahwa Abu Abdurrahaman meriwayatkan, “Ada seseorang yang
berkata di majelisnya Abu A’war As-Silmi, ‘Demi allah,Allah tidakk menciptakan
sesuatu yang lebih aku cintai daripada kematian.’ Kemudian Abu A’war berkata
‘menjadi orang seperti dirimu adalah lebih aku sukai daripada unta merah’.”
Sebagaimana diketahui,bahwa pada masa itu
unta merah merupakan lambang kemewahan. Mungkin saat ini unta merah bisa di
kategorikan denhan kendaraan atau mobil mewah,seperti BMW dan mobil
Ferrari.Dengan demikian,bagi kelompok ini kematian lebih mereka sukai dari pada
memiliki BMW atau mobil Mercy.
Tidaklah
mengherankan bila Abu Utsman pernah berkata, “ Tanda kerinduan adalah kecintaan
kepada kematian.” Maksud kerinduan di sini bukan kerinduan akibat cinta gombal
antara lelaki dan wanita, tetapi kerinduan kepada sang kekasih yang maha kasih,
yaitu Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
Ada
sebagian ulama yang mengatakan, “Sesungguhnya para pecinta akan merasakan
manisnya kematian di saat kedatangannya. Saat itu,terbukalah bagi mereka bahwa
rahmat kematian itu lebih manis daripada kehidupan.”
Diceritakan
bahwa malaikat maut pernah mendatangi Nabi Ibrahim ‘ alaihis-salam untuk
mencabut nyawa beliau Nabi Ibrahim lalu berkata, “Wahai malaikat maut,apakah
engkau pernah melihat seorang teman mencabut nyawa temannya?”
Mendengar
pertanyaan tersebut,malaikat maut kemudian pergi menemui Rabb-nya. Rabb
berfirman, “katakana kepadanya, ‘apakah engkau pernah mengetahui seorang kawan
tidak suka bertemu dengan kawannya’.”
Lalu
malaikat maut kembali lagi.Nabi Ibrahim akhirnya mengatakan, “Cabutlah nyawaku
sekarang !” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad).
Sungguh
begitu indah apa yang difirmankannya,
“Barangsiapa yang mengharap pertemuan
dengan allah,maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang
Dan DIalah Yang Maha Mendenhar lagi Maha Mengetahui.”
(Qs.Al Ankabuut (29):5)
Dalam sebuah syair dikatakan
“Duhai yang mengeluh rindu karena lama tak
bertemu
Bersabarlah,siapa tahu esok kau bertemu kekasihmu
hampirilah dia denhan membawa api kerinduan
Agar member petunjuk untuk pertemuan yang
menyenangkan.”
Banyak
orang yang tidak mau repot dengan beban kehidupan. Lalu jadilah mereka seperti
layang laying terputus talinya. Tidak ada tujuan. Tidak ada kendali. Alur
kehidupan mereka hanya di tentukan oleh hembusan hawa nafsu.Mereka terombang
ambing oleh alur kehidupan yang terus berlari. Hingga datanglah ajal. Sang maut
menjemput . Kematian menghadang. Sementara perbekalan amal untuk perjalanan
kematian belum disiapkan. Ada pemikiran untuk memohon dispensasi dan
perpanjangan jatah umur. Namun kematian bukanlah proses jual beli atau jabatan
yang mungkin bisa ditawar atau din ego.
Kematian
merupakan suatu keniscayaan. Sunggu Maha benar apa yang difrimankannya,.
“…Apabila telah datang ajal mereka,maka
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).”
(Qs. Yunus (1-): 49)
Firman
Allah Subhaanahu wa Ta’aala di atas,seakan memberikan peringatan kepada kita
tentang pentingnya sikap waspada dan siap siaga untuk menghadapi kematian yang
tidak tahu kapan akan datang menjemput.Siapa pun orangnya, suka atau tidak
suka, siap atau tidak siap,pasti akan menjemput ajalnya.
Penulis : Saefulloh Muhammad
Satiru,viosixwey.