Menjemput Maut dengan Senyuman part 2


Cemas dan khawatir dengan keadaan beliau. Setelah itu, beliau memohon aisyah untuk menemani beliau. Aisyah sempat merasa terkejut dan bersedih ketika beliau memujinya dan menasihatinya untuk bersabar. Setelah itu, beliau wafat di pangkuan ‘Aisyah di saat menjelang subuh.
                Dalam kaitannya dengan detik detik terakhir kehidupan Nabi teladan ini, Aisyah menceritakan, “…aku mendapati rasullullah s,a,w terlentang di pangkuanku. Lalu aku tatap wajahnya. Ketika beliau mengangkat pandangannya,beliau berkata, ‘kekasih nan abadi dialah allah yang maha tinggi.’ Aku berkata engkau telah memilihnya, maka diapun telah memilihmu,wahai Dzat yang telah mengutus engkau dalam kebenaran.’ Lalu beliau menghembuskan nafas yang terakhir dalam pangkuan dan penjagaanku…”
                Sungguh kematian yang indah. Kekasih bertemu kekasih yang maha kasih. Kerinduan dan kebahagiaan mengiringi prosesi perjalanan kematian menuju keabadian. Sesungguhnya kematian adalah pintu gerbang awal menuju Dzat yag terkasih.tidak ada penyesalan.tidak ada gundah gulana. Tidak ada kesedihan.semua tidak ada yang tersisa kecuali kedamaian dan kebahagian yang tak putus putusnya.
                Sungguh banyak cara dalam menjalani prosesi kematian.tidak semuanya berlangsung tenang, seperti rang tercabut nyawanya saat berada di tempat tidur yang empuk.sebagian di antara mereka mungkin menjalani kematiannya secara tragis. Namun hal itu hanya dilihat berdasarkan pandangan kasta mata, bukan secara hakikat. Banyak di atara mereka yang gugur di medan perang. Tubuh mereka terluka, berdarah dan mungkin tercabik cabik. Sepintas Nampak mengenaskan, Nampak nelangsa. Namun di balik semua itu ada nuansa kedamaian dan ketenangan pada raut wajah mereka.senyuman menghias wajah mereka.
                Tubuh mereka remuk dan terluka,namun jiwa mereka utuh sempurna menghadap rabb yang maha pengasih.
                Diriwayatkan oleh Bukhari dari abu hurairah ra, ia berkata , “rasullullah s,a,w mengutus sepuluh kelompok pasukan.beliau mempercayakan tanggung jawab kelompok tersebut kepada ‘ashim bin tsabit al anshari ra. Lalu pergilah mereka hingga mereka sampai pada suatu tempat bernama Had’ah yang terletak antara Usfan dan Makkah. Kehadiran mereka itu diberitahukan kepada Hudzail Oleh orang orang yang sering di sebyt Banu Lihyan.
                Kemudian Hudzail segera memburu mereka bersama para pemanah yang jumlahnya hamper mendekati seratus orang. Pasukan hudzail terus mencari jejak mereka hingga akhirnya mereka mengetahui keberadaan ‘Ashim dan para sahabatnya. Pasukan tersebut terus mengepung mereka. Pasukan pengepung itu berteriak, “turun semuanya! Ulurkan tangan tangan kalian. Kalian diperkenankan membuat suatu perjanjian dan persetujuan. Kami tidak akan membunuh salah seorang pun di antara kalian!”
                Lalu Ashim bin Tsabit menjawab, “Wahai kelompok kaum, aku tidak akan turun di atas perlindungan orang kafir. Ya Allah, beritahukanlah sikap kami ini kepada Nabi Engkau Shallallaahu ‘alaihi wa salam!”
                Akhirnya pasukan pengepung itu menghujaninya dengan anak panah hingga tewaslah Ashim. Sementara itu tiga orang lainnya memilih turun untuk membuat perjanjian dan persetujuan dengan pasukan pengepung. Mereka adalah Khubaib, Zaid bin Ad-Datsinah, dan seorang lelaki lainnya. Setelah menguasai mereka, pasukan pengepung itu segera mengulurkan tali tali panah yang keras, lalu mengikat mereka bertiga dengan tali tali panah tersebut.
                Lelaki yang ketiga berkata, “Ini adalah awal dari penghianatan. Sungguh,aku tidak akan menemani kalian. Penghianatan. Sungguh, aku tidak akan menemani kalian. Sesungguhnya aku hanya menjadi uswah (contoh) bagi mereka, mereka hendak membunuhku.” Lalu mereka menarik dan mempengaruhinya, namun ia tetap menolak untuk pergi bersama mereka. Kemudian merekapun segera membunuhnya. Lalu mereka pergi dengan membawa Khubaib dan Zaid Ad-Datsinah.
                Setelah itu mereka menjual kedua tawanannya di Makkah  setelah terjadi Perang Badar. Anak anak keturunan Al harits bin Amar bin Naufal bin Abdi Manaf membeli Khubaib. Khubaib adalah orang yang membunuh Al Harits dalam Perang Badar. Lalu Khubaib pun tinggal bersama mereka sebagai tawanan hingga mereka bersepakat untuk membunuhnya. Kemudian ia (Khubaib) meminjam pisau cukur kepada sebagian anak perempuan Al Harits untuk mencukur ketiaknya, kemudian dipinjamkanlah kepadanya. Anak perempuan Al Harits lupa kalau anak lelakinya telah pergi. Lalu dia segera mencari cari anak lelakinya itu.
                Wanita itu mendapati anak lelakinya telah berada di pangkuan Khubaib, sementara pisau cukur berada di tangan Khubaib. Khubaib berkata, “apakah engkau takut aku akan membunuhnya ? Sungguh, aku tak akan melakukan hal itu !”
                Wanita itu berkomentar, “aku tidak pernah melihat tawanan yang lebih baik dari Khubaib. Demi allah, suatu hari pernah melihat dirinya sedang makan beberapa buah anggur dalam tangannya, padahal tangannya itu terikat dengan besi, dan lagi pula saat itu di makkah sedang tidak ada buah-buahan.”
                Wanita itu berkata, “sesungguhnya hal itu merupakan rezeki dari allah yang diberikan kepada khubaib.”
                Lalu ketika mereka keluar dengan membawa khubaib dari makkah untuk membunuhnya, khubaib pun berkata kepada mereka, “Berikan aku kesempatan untuk melakukan shalat dua rakaat.”
                Kemudian mereka membiarkan Khubaib melakukan shalat.Khubaib segera mengerjakan shalat dua rakaat. Setelah selesai ia berkata, “Demi Allah, Kalau kalian tidak menyangka bahwa aku ini sedang dalam keadaan sangat cemas, niscaya aku akan menambah shalatku. Ya Allah, balaslah mereka dengan balasan yang berlipat. Bunuhlah mereka secara bergantian. Jangan ada seorangpun yang tersisa di antara mereka!”


                                                                Lalu Khubaib melantunkan sebuah syair
Aku tak peduli saat terbunuh dalam keadaan muslim
Saat sedang apapun di jalan allah
Aku harus menjemput kematian
Semuanya dalam kekuasaan allah
Yang maha berkehendak
Yang meberkati jasad anggota tubuh yang berserak
Khubaib adalah jalan bagi setiap muslim yang sabar
Yang dibunuh saat mengerjakan shalat.

                Nabi Muhammad s.a.w memberitahukan para sahabatnya pada saat terjadinya musibah pembunuhan itu. Sementara itu orang orang Quraisy mengutus orang untuk melihat Ashim bin Tsabit saat mereka di beri kabar ia telah dibunuh, agar didatangkan kepada mereka sesuatu dari jasad tubuhnya untuk diidentifikasi, karena Ashim pernah membunuh seorang lelaki dari pembesar Quraisy. Kemudian Allah menurunkan untuk jasad semacam naungan yang tersusun dari rombongan lebah. Maka jasad Ashimpun luput dari pantauan para utusan Quraisy, hingga mereka tidak dapat memotong satu bagian tubuhpun dari tubuh ‘Ashim.” (H.R. Bukhari)
                Kisah nyata di atas memberikan gambaran kepada kita tentang ketegaran para sahabat dalam menjemput ajalnya. Kisah di atas hanya sekedar contoh. Masih banyak kisah kisah nyata lainnya yang menggugah kesadaran kita tentang arti sebuah kematian. Sungguh, kematian adalah hal biasa, tetapi perstiwa dan kondisi saat kematianlah yang membuat luar biasa. Sebagaimana kisah nyata berikut ini :
                Dari Suhaib r,a bahwasanya Rasullullah s,a,w pernah bersabda, “Pada zaman dahulu sebelum kamu, ada seorang raja yang mempunyai tukang sihir. Setelah tua ia berkata kepada rajanya, ‘Berhubung saat ini aku sudah tua, maka kirimkanlah kepadaku seorang anak untuk mempelajari sihirku.’ Lalu raja tersebut mengirimkan seorang pemuda untuk mempelajari sihir kepadanya. Ditengah jalan yang dilalui pemuda itu ada seorang rahib dan mendengarkan ajarannya. Tiap remaja itu datang, ia dimarahi oelh tukang sihir. Hal itu diceritakannya kepada rahib. Lalu rahib berkata, “jika engkau takut pada tukang sihir itu, maka katakanlah kepadanya, ‘saya ditahan oleh keluarga saya.” Jika engkau takut kepada keluargamu, maka katakanlah kepada mereka, “saya di tahan oleh tukang sihir”
                Dalam situasi seperti itu, pemuda tersebut mendapati seekor binatang besar yang menghalangi manusia lewat di situ ia berkata dalam hati, ‘Hari ini saya dapat menguji, apakah tukang sihir yang lebih benar ataukah si rahib itu’. Lalu pemuda itu mengambil sebuah batu seraya berkata, “Ya Allah, jika perintah rahib yang lebih engkau sukai daripada perintah tukang sihir itu, maka matikanlah binatang ini, agar orang orang dapat lewat’. Pemuda tersebut melempar batu ke binatang itu, sehingga binatang tersebut mati dan orang orangpun dapat lewat. Kemudian pemuda itu datang ke rahib dan menceritakan kejadian tersebut. Rahib menanggapi dengan mengatakan, ‘wahai anakku, hari ini engkaulah yang lebih baik daripada akau. Aku sudah melihat apa yang terjadi pada urusanmu itu. Sesungguhnya engkau akan diuji. Jika engkau diuji, maka janganlah menunjuk kepadaku.’ Selanjutnya pemuda itu dapat mengobati al akmah (buta bawaan sejak lahir) kusta, dan berbagai penyakit lainnya.

                Kemudian ada seorang sahabat staff raja yang buta mendengar kemampuan pemuda tersebut. Lalu ia datang berobat kepada pemuda itu dengan membawa hadiah yang banyak, seraya berkata kepada pemuda itu, “apa yang ada disini semuanya saya serahkan kepadamu, asalkan engkau dapat menyembuhkan penyakit buta saya ini.” Pemuda itu menjawab, ‘aku tidak menyembuhkan apa apa,tapi Allah yang Maha Tinggi yang menyembuhkannya. Jika engkau mau beriman kepadanya, maka aku doakan kepada Allah, niscaya dia akan menyembuhkanmu.’
                Lalu ia beriman kepada Allah s.w.t dan ia disembuhkan oleh Allah s.w.t. setelah itu ia datang menemui raja dan segera duduk seperti biasanya ia duduk. Raja bertanya kepadanya, ‘Siapa yang mengembalikan penglihatan kamu?’ Ia menjawab, ‘Tuhanku’. Raja kembali bertanya, ‘Apakah engkau mempunya tuhan selain aku?’ Ia menjawab, ‘Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.’ Lalu ia disiksa terus menerus sampai ia menunjukkan pemuda itu.
                Kemudian didatangkanlah pemuda tersebut. Raja berkata kepadanya, ‘Hai pemuda, telah sampai kepadaku berita mengenai sihirmu yang dapat menyembuhkan orang buta, kusta, melakukan ini dan itu’. Jawab pemuda, ‘Aku tidak dapat menyembuhkan seorangpun, sesungguhnya yang menyembuhkan hanyalah Allah yang Maha Tinggi.’ Lalu pemuda itu disiksa terus menerus sampai ia menunjuk kepada rahib.
                Lalu rahibpun dihadapkan kepadanya. Raja berkata kepada rahib, ‘kembalilah dari agamamu!’ ia menolak. Kemudian raja memerintahkan untuk disediakan gergaji. Setelah it diletakkannya gergaji itu tepat di ubun bubn kepala rahib, dan dibelahlah kepalanya hingga terbelah menjadi dua. Lalu sahabat raja di panggil,dan dikatakan kepadanya, ‘Kembalilah dari agamamu itu!’ Sahabat raja itu pun menolaknya. Lalu raja meletakkan gergaji tepat di ubun ubun kepala sahabatnya itu, dan dibelahlah kepalanya hingga terbelah menjadi dua.
                Kemudian si pemuda dipanggil dan dikatakan kepadanya, ‘kembalilah dari agamamu!’ peuda itu menolaknya. Raja menyerahkan pemuda itu kepada sekelompok pasukannya dan memerintahkan ‘bawalah pemuda itu ke atas gunung yang ini dan itu, lalu naiklah ke puncak gunung itu. Setelah kalian sampai ke puncaknya, jika ia mau kembali dari agamanya lepaskanlah, namun jika tidak maka lemparkan saja dia!’.
                Setelah itu mereka pergi dan naik kegunung. Pemuda itu kemudian berdoa, ‘ ya allah, selamatkan saya dari rencana mereka menurut apa yang menjadi kehendakmu.’ Lalu gunungpun berguncang. Mereka yang membawanya tergelincir berjatuhan. Pemuda itu datang kepada raja dan raja berkata kepadanya, ‘apa yang dilakukan oleh orang orang yang membawamu kepadamu?’ ia menjawab, ‘Allah yang Maha Tinggi telah menolongku dari mereka.’ Lalu raja kembalii menyerahkan pemuda itu kepada sekelompok teman-temannya yang lain dan berkata, ‘bawa dia pergi dan naikkan dia kedalam qurqur(perahu), bawa dia ke tengah lautan, barang kali saja ia mau kembali dari agamanya. Jika tidak, maka lemparkan saja dia!’
                Kemudia mereka membawanya pergi. Pemuda itu berdoa, ‘Ya Allah, jagalah saya dari perbuatan mereka dengan sesuatu yang menjadi kehendakMu.’ Perahu itu terbalik, hingga tenggelamlah mereka kecuali pemuda itu. Lalu ia kembali datang ke raja. Ia ditanya oleh raja, ‘apa yang dilakukan oleh teman teman yang membawamu?’ Ia menjawab, ‘aku dijaga oleh allah yang maha tinggi dari perbuatan mereka.’ Kemudian ia berkata kepada raja, ‘engkau sekali kali tidak akan dapat membunuhku, kecuali jika engkau melakukan apa yang aku perintahkan.’ Raja bertanya, ‘apa itu ?’ pemuda itu berkata, ‘engkau kumpulkan orang orang di sebuah dataran tinggi,lalu saliblah aku pada sebuah jidz’u (batang pohon kurma),kemudian ambillah anak panah dari tempat anak panah dari saya. Kemudian ambillah panah di tengah tengah busurnya. Lalu katakana, ‘dengan nama allah tuhan pemuda ini.’ Kemudian panahlah saya. Jika engkau melakukan hal itu, maka engkau dapat membunuhku.’
                Raja segera mengumpulkan orang orang di sebuah dataran tinggi dan menyalib pemuda itu di batang pohon kurma. Kemudian raja mengambil anak panah di tengah tengah busurnya dan berkata, ‘dengan nama allah,tuhan pemuda ini.’ Lalu ia membidiknya dan menancaplah anak panah itu tepat di pelipisnya, lalu meninggal dunia.
                Orang orang yang melihatnya berkata, ‘kami beriman kepada tuhan pemuda ini.’ Kejadian itu dilaporkan kepada raja, ‘tahukah engkau apa yang engkau khawatirkan, demi allah, ‘tahukah engkau apa yang engkau khawatirkan, demi allah, kini benar benar telah menjadi kenyataan. Sungguh semua orang kini telah beriman.’ Lalu raja memerintahkan agar dibuat al ukhdud (parit atau sungai kecil) pada setiap persimpangan jalan dan dinyalakan api di dalamnya. Lalu ia berkata, ‘siapa pun orangnya yang tidak mau kembali dari agamanya maka akan saya bakar dia kedalam ini!’ atau dikatakan kepadanya, ‘bakar!’
                Kemudian para petugas raja melakukannya, hingga datanglah giliran seorang wanita bersama anaknya yang masih kecil. Wanita itupun ragu ragu untuk masuk ke dalam api. Lalu anaknya yang masih kecil itu berkata kepadanya, ‘wahai ibunda, bersabarlah, sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran’.” (H.R Muslim)
                Di zaman modern seperti sekarang ini, kita juga pernah membaca mendengar, bahkan menyaksikan sendiri kisah nyata tentang peristiwa husnul khatimah yang dialami oleh hamba hambanya yang beriman. Salah satunya yang penulis dengar dan buktikan sendiri, yaitu cerita husnul khatimah mantan veteran yang meninggal dalam keadaan bersujud kepada rabbnya. Hamba allah itu bernama pak wadmin. Ia sempat menikmati hidup di tiga zaman, yaitu zaman belanda,jepang dan zaman kemerdekaan. Bahkan ia juga masih sempat menikmati hiduo di masa orde lama, orde baru, bahkan di orde reformasi.

                Pak wadmin dikaruniai umur panjang,yaitu 84 tahun, anaknya berjumlah sepuluh; yaitu delapan anak lelaki dan dua anak perempuan. Ia dikenal sebagai orang yang ulet dan penyabar. Ketika memasuki masa pensiun yang panjang,ia tetap beraktivitas dengan membuka toko kecil untuk jual beli barang barang bekas, seperti onderdil sepeda dan alat alat sederhana lainnya. Hal it terus ia lakukan hingga rambutnya mulai putih total dan sisa sisa tenaganya kian melemah. Usianya benar benar telah lanjut tetapi ia tetap bekerja karena ia tidak mau usia tuanya menjadi beban bagi anak anaknya. Hingga akhirnya tenaganya benar benar menjadi lemah. Pak wadminpun sedikit demi sedikit meninggalkan aktivitas di toko kecilnya itu.
                Suatu pagi, pensiunan polri itu mengerjakan shalat dhuha. Ketika ia sedang sujud, ia menghembuskan nafas yang terakhir. Ia pergi meninggalkan dunia fana ini dengan begitu mudahnya. Sehari sebelumnya kematiannya, ia masih segar bugar,bahkan masih sempat bersilahturahmi ke sanak saudaranya di kampong asalnya, sindang laut, Cirebon. Pak wadmin meninggal tanpa menyusahkan anak anak dan istrinya. Ia meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Semoga allah s.w.t menerima segala amal ibadahnya. Amin ya rabbal alamin.
                Sungguh masih banyak kisah kisah serupa. Semuanya member gambaran tentang indahnya sebuah prosesi kematian untuk menemui rabb yang maha pengasih. Sungguh amat beruntung bagi hamba hamba allah yang menjemput kematiannya dalam keadaan husnul khatimah.

Sumber :Viosixwey, Saefulloh Muhammad Satiru

Related Posts