Cemas dan khawatir dengan keadaan beliau.
Setelah itu, beliau memohon aisyah untuk menemani beliau. Aisyah sempat merasa
terkejut dan bersedih ketika beliau memujinya dan menasihatinya untuk bersabar.
Setelah itu, beliau wafat di pangkuan ‘Aisyah di saat menjelang subuh.
Dalam
kaitannya dengan detik detik terakhir kehidupan Nabi teladan ini, Aisyah
menceritakan, “…aku mendapati rasullullah s,a,w terlentang di pangkuanku. Lalu
aku tatap wajahnya. Ketika beliau mengangkat pandangannya,beliau berkata,
‘kekasih nan abadi dialah allah yang maha tinggi.’ Aku berkata engkau telah
memilihnya, maka diapun telah memilihmu,wahai Dzat yang telah mengutus engkau
dalam kebenaran.’ Lalu beliau menghembuskan nafas yang terakhir dalam pangkuan
dan penjagaanku…”
Sungguh
kematian yang indah. Kekasih bertemu kekasih yang maha kasih. Kerinduan dan
kebahagiaan mengiringi prosesi perjalanan kematian menuju keabadian.
Sesungguhnya kematian adalah pintu gerbang awal menuju Dzat yag terkasih.tidak
ada penyesalan.tidak ada gundah gulana. Tidak ada kesedihan.semua tidak ada
yang tersisa kecuali kedamaian dan kebahagian yang tak putus putusnya.
Sungguh
banyak cara dalam menjalani prosesi kematian.tidak semuanya berlangsung tenang,
seperti rang tercabut nyawanya saat berada di tempat tidur yang empuk.sebagian
di antara mereka mungkin menjalani kematiannya secara tragis. Namun hal itu
hanya dilihat berdasarkan pandangan kasta mata, bukan secara hakikat. Banyak di
atara mereka yang gugur di medan perang. Tubuh mereka terluka, berdarah dan
mungkin tercabik cabik. Sepintas Nampak mengenaskan, Nampak nelangsa. Namun di
balik semua itu ada nuansa kedamaian dan ketenangan pada raut wajah
mereka.senyuman menghias wajah mereka.
Tubuh
mereka remuk dan terluka,namun jiwa mereka utuh sempurna menghadap rabb yang
maha pengasih.
Diriwayatkan
oleh Bukhari dari abu hurairah ra, ia berkata , “rasullullah s,a,w mengutus
sepuluh kelompok pasukan.beliau mempercayakan tanggung jawab kelompok tersebut
kepada ‘ashim bin tsabit al anshari ra. Lalu pergilah mereka hingga mereka
sampai pada suatu tempat bernama Had’ah yang terletak antara Usfan dan Makkah.
Kehadiran mereka itu diberitahukan kepada Hudzail Oleh orang orang yang sering
di sebyt Banu Lihyan.
Kemudian
Hudzail segera memburu mereka bersama para pemanah yang jumlahnya hamper
mendekati seratus orang. Pasukan hudzail terus mencari jejak mereka hingga
akhirnya mereka mengetahui keberadaan ‘Ashim dan para sahabatnya. Pasukan
tersebut terus mengepung mereka. Pasukan pengepung itu berteriak, “turun
semuanya! Ulurkan tangan tangan kalian. Kalian diperkenankan membuat suatu
perjanjian dan persetujuan. Kami tidak akan membunuh salah seorang pun di
antara kalian!”
Lalu
Ashim bin Tsabit menjawab, “Wahai kelompok kaum, aku tidak akan turun di atas
perlindungan orang kafir. Ya Allah, beritahukanlah sikap kami ini kepada Nabi
Engkau Shallallaahu ‘alaihi wa salam!”
Akhirnya
pasukan pengepung itu menghujaninya dengan anak panah hingga tewaslah Ashim.
Sementara itu tiga orang lainnya memilih turun untuk membuat perjanjian dan
persetujuan dengan pasukan pengepung. Mereka adalah Khubaib, Zaid bin
Ad-Datsinah, dan seorang lelaki lainnya. Setelah menguasai mereka, pasukan
pengepung itu segera mengulurkan tali tali panah yang keras, lalu mengikat
mereka bertiga dengan tali tali panah tersebut.
Lelaki
yang ketiga berkata, “Ini adalah awal dari penghianatan. Sungguh,aku tidak akan
menemani kalian. Penghianatan. Sungguh, aku tidak akan menemani kalian.
Sesungguhnya aku hanya menjadi uswah (contoh) bagi mereka, mereka hendak
membunuhku.” Lalu mereka menarik dan mempengaruhinya, namun ia tetap menolak
untuk pergi bersama mereka. Kemudian merekapun segera membunuhnya. Lalu mereka
pergi dengan membawa Khubaib dan Zaid Ad-Datsinah.
Setelah
itu mereka menjual kedua tawanannya di Makkah
setelah terjadi Perang Badar. Anak anak keturunan Al harits bin Amar bin
Naufal bin Abdi Manaf membeli Khubaib. Khubaib adalah orang yang membunuh Al
Harits dalam Perang Badar. Lalu Khubaib pun tinggal bersama mereka sebagai
tawanan hingga mereka bersepakat untuk membunuhnya. Kemudian ia (Khubaib)
meminjam pisau cukur kepada sebagian anak perempuan Al Harits untuk mencukur
ketiaknya, kemudian dipinjamkanlah kepadanya. Anak perempuan Al Harits lupa
kalau anak lelakinya telah pergi. Lalu dia segera mencari cari anak lelakinya
itu.
Wanita
itu mendapati anak lelakinya telah berada di pangkuan Khubaib, sementara pisau
cukur berada di tangan Khubaib. Khubaib berkata, “apakah engkau takut aku akan
membunuhnya ? Sungguh, aku tak akan melakukan hal itu !”
Wanita
itu berkomentar, “aku tidak pernah melihat tawanan yang lebih baik dari
Khubaib. Demi allah, suatu hari pernah melihat dirinya sedang makan beberapa
buah anggur dalam tangannya, padahal tangannya itu terikat dengan besi, dan
lagi pula saat itu di makkah sedang tidak ada buah-buahan.”
Wanita
itu berkata, “sesungguhnya hal itu merupakan rezeki dari allah yang diberikan
kepada khubaib.”
Lalu
ketika mereka keluar dengan membawa khubaib dari makkah untuk membunuhnya, khubaib
pun berkata kepada mereka, “Berikan aku kesempatan untuk melakukan shalat dua
rakaat.”
Kemudian
mereka membiarkan Khubaib melakukan shalat.Khubaib segera mengerjakan shalat
dua rakaat. Setelah selesai ia berkata, “Demi Allah, Kalau kalian tidak menyangka
bahwa aku ini sedang dalam keadaan sangat cemas, niscaya aku akan menambah
shalatku. Ya Allah, balaslah mereka dengan balasan yang berlipat. Bunuhlah
mereka secara bergantian. Jangan ada seorangpun yang tersisa di antara mereka!”
Lalu
Khubaib melantunkan sebuah syair
Aku tak peduli saat terbunuh dalam keadaan muslim
Saat sedang apapun di jalan allah
Aku harus menjemput kematian
Semuanya dalam kekuasaan allah
Yang maha berkehendak
Yang meberkati jasad anggota tubuh yang berserak
Khubaib adalah jalan bagi setiap muslim yang sabar
Yang dibunuh saat mengerjakan shalat.
Nabi
Muhammad s.a.w memberitahukan para sahabatnya pada saat terjadinya musibah
pembunuhan itu. Sementara itu orang orang Quraisy mengutus orang untuk melihat
Ashim bin Tsabit saat mereka di beri kabar ia telah dibunuh, agar didatangkan
kepada mereka sesuatu dari jasad tubuhnya untuk diidentifikasi, karena Ashim
pernah membunuh seorang lelaki dari pembesar Quraisy. Kemudian Allah menurunkan
untuk jasad semacam naungan yang tersusun dari rombongan lebah. Maka jasad
Ashimpun luput dari pantauan para utusan Quraisy, hingga mereka tidak dapat
memotong satu bagian tubuhpun dari tubuh ‘Ashim.” (H.R. Bukhari)
Kisah
nyata di atas memberikan gambaran kepada kita tentang ketegaran para sahabat
dalam menjemput ajalnya. Kisah di atas hanya sekedar contoh. Masih banyak kisah
kisah nyata lainnya yang menggugah kesadaran kita tentang arti sebuah kematian.
Sungguh, kematian adalah hal biasa, tetapi perstiwa dan kondisi saat kematianlah
yang membuat luar biasa. Sebagaimana kisah nyata berikut ini :
Dari
Suhaib r,a bahwasanya Rasullullah s,a,w pernah bersabda, “Pada zaman dahulu
sebelum kamu, ada seorang raja yang mempunyai tukang sihir. Setelah tua ia
berkata kepada rajanya, ‘Berhubung saat ini aku sudah tua, maka kirimkanlah
kepadaku seorang anak untuk mempelajari sihirku.’ Lalu raja tersebut
mengirimkan seorang pemuda untuk mempelajari sihir kepadanya. Ditengah jalan
yang dilalui pemuda itu ada seorang rahib dan mendengarkan ajarannya. Tiap
remaja itu datang, ia dimarahi oelh tukang sihir. Hal itu diceritakannya kepada
rahib. Lalu rahib berkata, “jika engkau takut pada tukang sihir itu, maka
katakanlah kepadanya, ‘saya ditahan oleh keluarga saya.” Jika engkau takut
kepada keluargamu, maka katakanlah kepada mereka, “saya di tahan oleh tukang
sihir”
Dalam
situasi seperti itu, pemuda tersebut mendapati seekor binatang besar yang
menghalangi manusia lewat di situ ia berkata dalam hati, ‘Hari ini saya dapat
menguji, apakah tukang sihir yang lebih benar ataukah si rahib itu’. Lalu
pemuda itu mengambil sebuah batu seraya berkata, “Ya Allah, jika perintah rahib
yang lebih engkau sukai daripada perintah tukang sihir itu, maka matikanlah
binatang ini, agar orang orang dapat lewat’. Pemuda tersebut melempar batu ke
binatang itu, sehingga binatang tersebut mati dan orang orangpun dapat lewat.
Kemudian pemuda itu datang ke rahib dan menceritakan kejadian tersebut. Rahib
menanggapi dengan mengatakan, ‘wahai anakku, hari ini engkaulah yang lebih baik
daripada akau. Aku sudah melihat apa yang terjadi pada urusanmu itu.
Sesungguhnya engkau akan diuji. Jika engkau diuji, maka janganlah menunjuk
kepadaku.’ Selanjutnya pemuda itu dapat mengobati al akmah (buta bawaan sejak
lahir) kusta, dan berbagai penyakit lainnya.
Kemudian
ada seorang sahabat staff raja yang buta mendengar kemampuan pemuda tersebut.
Lalu ia datang berobat kepada pemuda itu dengan membawa hadiah yang banyak,
seraya berkata kepada pemuda itu, “apa yang ada disini semuanya saya serahkan
kepadamu, asalkan engkau dapat menyembuhkan penyakit buta saya ini.” Pemuda itu
menjawab, ‘aku tidak menyembuhkan apa apa,tapi Allah yang Maha Tinggi yang
menyembuhkannya. Jika engkau mau beriman kepadanya, maka aku doakan kepada
Allah, niscaya dia akan menyembuhkanmu.’
Lalu
ia beriman kepada Allah s.w.t dan ia disembuhkan oleh Allah s.w.t. setelah itu
ia datang menemui raja dan segera duduk seperti biasanya ia duduk. Raja
bertanya kepadanya, ‘Siapa yang mengembalikan penglihatan kamu?’ Ia menjawab,
‘Tuhanku’. Raja kembali bertanya, ‘Apakah engkau mempunya tuhan selain aku?’ Ia
menjawab, ‘Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.’ Lalu ia disiksa terus menerus
sampai ia menunjukkan pemuda itu.
Kemudian
didatangkanlah pemuda tersebut. Raja berkata kepadanya, ‘Hai pemuda, telah
sampai kepadaku berita mengenai sihirmu yang dapat menyembuhkan orang buta,
kusta, melakukan ini dan itu’. Jawab pemuda, ‘Aku tidak dapat menyembuhkan
seorangpun, sesungguhnya yang menyembuhkan hanyalah Allah yang Maha Tinggi.’
Lalu pemuda itu disiksa terus menerus sampai ia menunjuk kepada rahib.
Lalu
rahibpun dihadapkan kepadanya. Raja berkata kepada rahib, ‘kembalilah dari
agamamu!’ ia menolak. Kemudian raja memerintahkan untuk disediakan gergaji.
Setelah it diletakkannya gergaji itu tepat di ubun bubn kepala rahib, dan
dibelahlah kepalanya hingga terbelah menjadi dua. Lalu sahabat raja di
panggil,dan dikatakan kepadanya, ‘Kembalilah dari agamamu itu!’ Sahabat raja
itu pun menolaknya. Lalu raja meletakkan gergaji tepat di ubun ubun kepala sahabatnya
itu, dan dibelahlah kepalanya hingga terbelah menjadi dua.
Kemudian
si pemuda dipanggil dan dikatakan kepadanya, ‘kembalilah dari agamamu!’ peuda
itu menolaknya. Raja menyerahkan pemuda itu kepada sekelompok pasukannya dan
memerintahkan ‘bawalah pemuda itu ke atas gunung yang ini dan itu, lalu naiklah
ke puncak gunung itu. Setelah kalian sampai ke puncaknya, jika ia mau kembali
dari agamanya lepaskanlah, namun jika tidak maka lemparkan saja dia!’.
Setelah
itu mereka pergi dan naik kegunung. Pemuda itu kemudian berdoa, ‘ ya allah,
selamatkan saya dari rencana mereka menurut apa yang menjadi kehendakmu.’ Lalu
gunungpun berguncang. Mereka yang membawanya tergelincir berjatuhan. Pemuda itu
datang kepada raja dan raja berkata kepadanya, ‘apa yang dilakukan oleh orang
orang yang membawamu kepadamu?’ ia menjawab, ‘Allah yang Maha Tinggi telah
menolongku dari mereka.’ Lalu raja kembalii menyerahkan pemuda itu kepada
sekelompok teman-temannya yang lain dan berkata, ‘bawa dia pergi dan naikkan
dia kedalam qurqur(perahu), bawa dia ke tengah lautan, barang kali saja ia mau
kembali dari agamanya. Jika tidak, maka lemparkan saja dia!’
Kemudia
mereka membawanya pergi. Pemuda itu berdoa, ‘Ya Allah, jagalah saya dari
perbuatan mereka dengan sesuatu yang menjadi kehendakMu.’ Perahu itu terbalik,
hingga tenggelamlah mereka kecuali pemuda itu. Lalu ia kembali datang ke raja.
Ia ditanya oleh raja, ‘apa yang dilakukan oleh teman teman yang membawamu?’ Ia
menjawab, ‘aku dijaga oleh allah yang maha tinggi dari perbuatan mereka.’
Kemudian ia berkata kepada raja, ‘engkau sekali kali tidak akan dapat
membunuhku, kecuali jika engkau melakukan apa yang aku perintahkan.’ Raja
bertanya, ‘apa itu ?’ pemuda itu berkata, ‘engkau kumpulkan orang orang di
sebuah dataran tinggi,lalu saliblah aku pada sebuah jidz’u (batang pohon
kurma),kemudian ambillah anak panah dari tempat anak panah dari saya. Kemudian
ambillah panah di tengah tengah busurnya. Lalu katakana, ‘dengan nama allah
tuhan pemuda ini.’ Kemudian panahlah saya. Jika engkau melakukan hal itu, maka
engkau dapat membunuhku.’
Raja
segera mengumpulkan orang orang di sebuah dataran tinggi dan menyalib pemuda
itu di batang pohon kurma. Kemudian raja mengambil anak panah di tengah tengah
busurnya dan berkata, ‘dengan nama allah,tuhan pemuda ini.’ Lalu ia membidiknya
dan menancaplah anak panah itu tepat di pelipisnya, lalu meninggal dunia.
Orang
orang yang melihatnya berkata, ‘kami beriman kepada tuhan pemuda ini.’ Kejadian
itu dilaporkan kepada raja, ‘tahukah engkau apa yang engkau khawatirkan, demi
allah, ‘tahukah engkau apa yang engkau khawatirkan, demi allah, kini benar
benar telah menjadi kenyataan. Sungguh semua orang kini telah beriman.’ Lalu
raja memerintahkan agar dibuat al ukhdud (parit atau sungai kecil) pada setiap
persimpangan jalan dan dinyalakan api di dalamnya. Lalu ia berkata, ‘siapa pun
orangnya yang tidak mau kembali dari agamanya maka akan saya bakar dia kedalam
ini!’ atau dikatakan kepadanya, ‘bakar!’
Kemudian
para petugas raja melakukannya, hingga datanglah giliran seorang wanita bersama
anaknya yang masih kecil. Wanita itupun ragu ragu untuk masuk ke dalam api.
Lalu anaknya yang masih kecil itu berkata kepadanya, ‘wahai ibunda,
bersabarlah, sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran’.” (H.R Muslim)
Di
zaman modern seperti sekarang ini, kita juga pernah membaca mendengar, bahkan
menyaksikan sendiri kisah nyata tentang peristiwa husnul khatimah yang dialami
oleh hamba hambanya yang beriman. Salah satunya yang penulis dengar dan
buktikan sendiri, yaitu cerita husnul khatimah mantan veteran yang meninggal
dalam keadaan bersujud kepada rabbnya. Hamba allah itu bernama pak wadmin. Ia
sempat menikmati hidup di tiga zaman, yaitu zaman belanda,jepang dan zaman
kemerdekaan. Bahkan ia juga masih sempat menikmati hiduo di masa orde lama,
orde baru, bahkan di orde reformasi.
Pak
wadmin dikaruniai umur panjang,yaitu 84 tahun, anaknya berjumlah sepuluh; yaitu
delapan anak lelaki dan dua anak perempuan. Ia dikenal sebagai orang yang ulet
dan penyabar. Ketika memasuki masa pensiun yang panjang,ia tetap beraktivitas
dengan membuka toko kecil untuk jual beli barang barang bekas, seperti onderdil
sepeda dan alat alat sederhana lainnya. Hal it terus ia lakukan hingga
rambutnya mulai putih total dan sisa sisa tenaganya kian melemah. Usianya benar
benar telah lanjut tetapi ia tetap bekerja karena ia tidak mau usia tuanya
menjadi beban bagi anak anaknya. Hingga akhirnya tenaganya benar benar menjadi
lemah. Pak wadminpun sedikit demi sedikit meninggalkan aktivitas di toko
kecilnya itu.
Suatu
pagi, pensiunan polri itu mengerjakan shalat dhuha. Ketika ia sedang sujud, ia
menghembuskan nafas yang terakhir. Ia pergi meninggalkan dunia fana ini dengan
begitu mudahnya. Sehari sebelumnya kematiannya, ia masih segar bugar,bahkan
masih sempat bersilahturahmi ke sanak saudaranya di kampong asalnya, sindang
laut, Cirebon. Pak wadmin meninggal tanpa menyusahkan anak anak dan istrinya.
Ia meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Semoga allah s.w.t menerima segala
amal ibadahnya. Amin ya rabbal alamin.
Sungguh
masih banyak kisah kisah serupa. Semuanya member gambaran tentang indahnya
sebuah prosesi kematian untuk menemui rabb yang maha pengasih. Sungguh amat
beruntung bagi hamba hamba allah yang menjemput kematiannya dalam keadaan
husnul khatimah.
Sumber :Viosixwey, Saefulloh Muhammad Satiru